Minggu, 30 Oktober 2011

Metodologi Penelitian

PENDAHULUAN



ImagePendekatan grounded teori (Grounded Theory Approach) adalah metode penelitian kualitatif yang menggunakan sejumlah prosedur sistematis guna mengembangkan teori dari kancah. Pendekatan ini pertama kali disusun oleh dua orang sosiolog; Barney Glaser dan Anselm Strauss. Untuk maksud ini keduanya telah menulis 4 (empat) buah buku, yaitu; "The Discovery of Grounded Theory" (1967), Theoritical Sensitivity (1978), Qualitative Analysis for Social Scientists (1987), dan Basics of Qualitative Research: Grounded Theory Procedures and Techniques (1990). Menurut kedua ilmuwan ini, pendekatan Grounded Theory merupakan metode ilmiah, karena prosedur kerjanya yang dirancang secara cermat sehingga memenuhi keriteria metode ilmiah. Keriteria dimaksud adalah adanya signikansi, kesesuaian antara teori dan observasi, dapat digeneralisasikan, dapat diteliti ulang, adanya ketepatan dan ketelitian, serta bisa dibuktikan.
Sesuai dengan nama yang disandangnya, tujuan dari Grounded Theory Approach adalah teoritisasi data. Teoritisasi adalah sebuah metode penyusunan teori yang berorientasi tindakan/interaksi, karena itu cocok digunakan untuk penelitian terhadap perilaku. Penelitian ini tidak bertolak dari suatu teori atau untuk menguji teori (seperti paradigma penelitian kuantitatif), melainkan bertolak dari data menuju suatu teori. Untuk maksud itu, yang diperlukan dalam proses menuju teori itu adalah prosedur yang terencana dan teratur (sistematis). Selanjutnya, metode analisis yang ditawarkan Grounded Theory Approach adalah teoritisasi data (Grounded Theory).

Pada dasarnya Grounded Theory dapat diterapkan pada berbagai disiplin ilmu-ilmu sosial, namun demikian seorang peneliti tidak perlu ahli dalam bidang ilmu yang sedang ditelitinya. Hal yang lebih penting adalah bahwa dari awal peneliti telah memiliki pengetahuan dasar dalam bidang ilmu yang ditelitinya, supaya ia paham jenis dan format data yang dikumpulkannya.



PERUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Seperti diketahui, paradigma kualitatif mengasumsikan bahwa di dalam kehidupan sosial selalu ditemukan regulasi-regulasi yang relatif sudah terpola. Pola-pola regulasi yang ditemukan melalui penelitian itulah yang dirumuskan menjadi teori. Asumsi ini dipertegas dalam Grounded Theory, dengan menyatakan bahwa; (a) semua konsep yang berhubungan dengan fenomena belum dapat diidentifikasi; dan (b) hubungan antarkonsep belum terpahami atau belum tersusun secara konseptual. Oleh sebab itu, tidak mungkin bagi seorang peneliti untuk mengajukan masalah yang sangat spesifik –seperti yang dituntut dalam metode kuantitatif, baik variabel maupun tipe hubungan antarvariabelnya. Substansi rumusan masalah dalam pendekatan Grounded Theory masih bersifat umum, yaitu dalam bentuk pertanyaan yang masih memberi kelonggaran dan kebebasan untuk menggali fenomena secara luas, dan belum sampai menegaskan mana saja variabel yang berhubungan dengan ruang lingkup masalah dan mana yang tidak. Demikian pula tipe hubungan antarvariabelnya belum perlu dieksplisitkan dalam rumusan masalah yang dibuat.

Bertolak dari dasar asumsi dan kemungkinan yang diutarakan di atas, rumusan masalah dalam Grounded Theory disusun secara bertahap. Pada tahap awal –sebelum pengumpulan data, dikemukan rumusan masalah yang bersifat luas (tetapi tidak terlalu terbuka), yang kemudian nanti –setelah data yang bersifat umum dikumpulkan—rumusan masalahnya semakin dipersempit dan lebih difokuskan sesuai dengan sifat data yang dikumpulkan. Intinya adalah, bahwa rumusan masalah dalam Grounded Theory disusun lebih dari satu kali. Rumusan masalah yang diajukan pada tahap pertama dimaksudkan sebagai panduan dalam mengumpul data, sedangkan rumusan masalah yang diajukan pada tahap berikutnya dimaksudkan sebagai panduan untuk menyusun teori. Perumusan masalah yang disebut terakhir ini inheren dengan perumusan hipotesis penelitian.

Seperti lazimnya pada setiap penelitian, rumusan masalah yang disusun pada tahap awal adalah yang memiliki substansi yang jelas serta diformulasikan dalam bentuk pertanyaan. Ciri rumusan masalah yang disarankan dalam Grounded Theory adalah; (a) berorientasi pada pengidentifikasian fenomena yang diteliti; (b) mengungkap secara tegas tentang obyek (formal dan material) yang akan diteliti, serta (c) berorientasi pada proses dan tindakan. Contoh rumusan masalah awal pada Grounded Theory; "Bagaimanakah wanita yang berpenyakit kronis mengatasi kehamilan?" Pertanyaan yang diajukan dalam rumusan masalah ini bermaksud untuk; (a) mengenali secara tepat dan mendalam perilaku wanita yang sedang berpenyakit kronis dalam mengatasi kehamilannya, (b) obyek formal penelitian adalah wanita yang berpenyakit kronis yang sedang hamil; sedangkan obyek materialnya adalah cara-cara yang dilakukan oleh wanita itu dalam mengatasi persoalan kehamilan dalam kondisi sakit, dan (c) orientasi utama yang disoroti adalah tahapan tindakan si wanita dan jenis-jenis atau bentuk-bentuk tindakan yang dipilih.



PENGGUNAAN TEORI TERDAHULU

Sebagaimana penelitian kualitatif pada umumnya, pendekatan Grounded Theory sama sekali tidak bermaksud untuk menguji teori, dan bahkan tidak bertolak dari variabel-variabel yang direduksi dari suatu teori. Sungguh tidak relevan jika penelitian dengan Grounded Theory dimulai dengan teori atau variabel yang telah ada, karena akan menghambat pengembangan rumusan teori baru. Oleh sebab itu, penelitian Grounded Theory tidak perlu terlalu terpangaruh oleh literatur karena akan menutupi kreativitas dalam mengumpul, memahami dan menganalisis data. Inilah yang dimaksudkan dalam pendekatan Grounded Theory, bahwa sesungguhnya peneliti belum memiliki pengetahuan tentang obyek yang diteliti, termasuk jenis data dan kategori-kategori yang mungkin ditemukan.

Dalam pendekatan Grounded Theory, teori yang sudah ada harus diletakkan sesuai dengan maksud penelitian yang dikerjakan:

Penelitian yang bermaksud menemukan teori dari dasar;

Jika peneliti menghadapi kesulitan dalam hal konsep ketika merumuskan masalah, membangun kerangka berpikir, dan menyusun bahan wawancara, maka konsep-konsep yang digunakan oleh teori terdahulu dapat dipinjam untuk sementara sampai ditemukan konsep yang sebenarnya dari kancah.
Jika penelitian dengan Grounded Theory menemukan teori yang memiliki hubungan dengan teori yang sudah dikenal, maka temuan baru itu merupakan sumbangan baru untuk memperluas teori yang sudah ada. Demikian pula, jika ternyata teori yang ditemukan identik dengan teori yang sudah ada, maka teori yang ada dapat dijadikan sebagai pengabsahan dari temuan baru itu.
Jika peneliti sudah menemukan kategori-kategori dari data yang dikumpulkan, maka ia perlu memeriksa apakah sistem kategori serupa telah ada sebelumnya. Jika ya, maka peneliti perlu memahami tentang apa saja yang dikatakan oleh peneliti lain tentang kategori tersebut, tetapi bukan untuk mengikutinya. Penelitian yang bermaksud memperluas teori;
Jika penelitian bermaksud untuk memperluas teori yang telah ada, maka penelitian dapat dimulai dari teori tersebut dengan merujuk kerangka umum teori itu. Dengan kata lain, kerangka teoritik yang sudah ada bisa digunakan untuk menginterpretasi dan mendekati data. Namun demikian, penelitian yang sekarang harus dikembangkan secara tersendiri dan terlepas dari teori sebelumnya. Dengan demikian, penelitian dapat dengan bebas memilih data yang dikumpulkan, sehingga memungkinkan teori awalnya dapat diubah, ditambah, atau dimodifikasi.
Jika penelitian sekarang bertolak dari teori yang sudah ada, maka ia dapat dimanfaatkan untuk menyusun sejumlah pertanyaan atau menjadi pedoman dalam pengamatan /wawancara untuk mengumpul data awal.
Jika temuan penelitian sekarang berbeda dari teori yang sudah ada, maka peneliti dapat menjelaskan bagaimana dan mengapa temuannya berbeda dengan teori yang ada.



ANALISIS DATA

Pada esensinya kegiatan pengumpulan dan analisis data dalam Grounded Theory adalah proses yang saling berkaitan erat, dan harus dilakukan secara bergantian (siklus). Karena itu kegiatan analisis --yang dibicarakan pada bagian berikut-- telah dikerjakan pada saat pengumpulan data sedang berlangsung.

Kegiatan analisis dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk pengkodean (coding). Pengkodean merupakan proses penguraian data, pengonsepan, dan penyusunan kembali dengan cara baru. Tujuan pengkodean dalam penelitian Grounded Theory adalah untuk; (a) menyusun teori, (b) memberikan ketepatan proses penelitian, (c) membantu peneliti mengatasi bias dan asumsi yang keliru, dan (d) memberikan landasan, memberikan kepadatan makna, dan mengembangkan kepekaan untuk menghasilkan teori.

Terdapat dua prosedur analisis yang merupakan dasar bagi proses pengkodean, yaitu; (a) pembuatan perbandingan secara terus-menerus (the constant comparative methode of analysis); dan (b) pengajuan pertanyaan. Dalam konteks penelitian Grounded Theory, hal-hal yang diperbandingkan itu cukup beragam, yang intinya berada pada sekitar; (i) relevansi fenomena atau data yang ditemukan dengan permasalahan pokok penelitian, dan (ii) posisi dari setiap fenomena dilihat dari sifat-sifat atau ukurannya dalam suatu tingkatan garis kontinum.



Pengkodean Terbuka (Open Coding)

Pelabelan fenomena

Pelabelan fenomena merupakan langkah awal dalam analisis. Yang dimaksud dengan pelabelan fenomena adalah pemberian nama terhadap benda, kejadian atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan dan atau wawancara. Pada hakikatnya, pelabelan itu merupakan suatu pembuatan nama dari setiap fenomena dengan konsep-konsep tertentu. Jadi pelabelan fenomena itu tidak lain adalah satu kegiatan konseptualisasi data.

Cara untuk melakukan pelabelan ini ialah dengan membandingkan insiden-insiden, sampai dapat diberikan nama yang sama untuk fenomena-fenomena yang serupa. Cara ini tidak sekedar meringkas hasil pengamatan atau wawancara dengan kata-kata kunci sebagai ganti dari sebuah deskripsi yang panjang, melainkan memberikan konsep baru terhadap fenomena (atau kegiatan konseptualisasi). Sebagai contoh, jika peneliti melihat sekelompok orang duduk melingkar mengelilingi sebuah meja besar, di mana masing-masing menyampaikan pendapat secara bergantian di bawah kordinasi seorang yang mengatur lalu-lintas pembicaraan, maka fenomena yang berlangsung dalam waktu yang lama ini dapat diberi label dengan diskusi atau rapat.



Penemuan dan penamaan kategori

Pada hakikatnya, setiap fenomena yang sudah diberi label adalah unit-unit data yang masih berserakan. Kapasitas intelektual manusia tidak cukup kuat untuk sekaligus memproses dan menganalisis informasi yang jumlahnya besar seperti itu. Untuk menyederhanakan data tersebut perlu dipisahkan ke dalam beberapa kelompok. Penyederhanaan data itu pada umumnya dilakukan dengan cara mereduksi data sehingga menjadi lebih ringkas dan padat, kemudian membagi-baginya ke dalam kelompok-kelompok tertentu (kategorisasi) sesuai sifat dan substansinya. Proses kategorisasi ini pada dasarnya tergantung pada tujuan penelitian yang sudah ditetapkan pada rancangan penelitian.

Jika dalam pelabelan fenomena dilakukan proses konseptualisasi, maka dalam pemberian nama kategori dilakukan proses abstraksi. Kegiatan ini berkaitan dengan logika induktif, di mana sejumlah unit data yang sama atau memiliki keserupaan dikelompokkan dalam satu kategori kemudian diberi nama yang lebih abstrak. Kambing, lembu, dan kerbau, misalnya, adalah konsep-konsep yang memiliki keserupaan dan dapat dikelompokkan jadi satu kategori dengan nama binatang menyusui (mamalia). Contoh lain, jika anda melihat anak-anak sedang bermain, lalu ada yang "merebut" mainan, "menyembunyikan mainan", "menjauhi teman", "menangis", maka semua konsep perilaku itu dapat dijadikan satu kategori, yaitu sebagai "strategi untuk menghindari pinjaman atas mainan miliknya". Intinya adalah memadukan konsep-konsep –yang menurut tujuan penelitian anda memiliki keserupaan—menjadi satu kategori dan kemudian memberi label (nama) yang lebih abstrak yang mencakup semua konsep tersebut.

Dalam pemberian nama kategori ini, adakalanya peneliti membuat sendiri nama yang sesuai dengan kelompok unit data, tetapi adakalanya meminjam istilah yang sudah dibuat oleh peneliti atau ahli lainnya. Kedua-duanya tetap dibenarkan dalam Grounded Theory. Namun demikian, cara pemberian nama yang paling dianjurkan, adalah dengan menggunakan istilah yang dipakai oleh subyek yang diteliti, karena cara inilah yang disarankan sesuai dengan pendekatan emic yang menjadi ciri dari setiap penelitian kualitatif.



Penyusunan Kategori

Dasar untuk penyusunan kategori adalah sifat dan ukurannya. Yang dimaksud dengan sifat di sini adalah karakteristik atau atribut suatu kategori (yang berfungsi sebagai ranah ukuran, dimensional range), sedangkan ukuran adalah posisi dari sifat dalam suatu kontinium. Lambang-lambang Partai Golkar dalam suatu kampanye, misalnya, berupa kaos, jaket, topi, bendera, spanduk, umbul-umbul, dan sebagainya, semua dikategorikan dengan "warna kuning". "Warna kuning" (kategori) dari lambang-lambang yang tampak itu sesungguhnya tidak persis sama, di sana ada perbedaan baik dari segi intensitas coraknya, maupun kecerahannya. Intensitas corak dan kecerahan itulah sifat dari "warna kuning" tersebut. Masing-masing sifat itu memiliki dimensi yang dapat diukur. Setiap dimensinya dapat ditempatkan pada posisi tertentu dalam garis kontinium. Intensitas corak warna itu, misalnya, dapat diberi ukuran mulai dari yang "kuning tebal" (orange) sampai pada "kuning tipis" (keputih-putihan). Demikian seterusnya, setiap kategori data bisa ditempatkan di mana saja di sepanjang kontinua dimensional secara bervariasi. Akibatnya, setiap kategori memiiki profil dimensional yang terpisah. Beberapa profil itu dapat dikelompokkan sehingga membentuk suatu pola. Profil dimensional ini menggambarkan sifat khusus dari suatu fenomena dalam kondisi-kondisi yang ada.

Hal penting yang perlu dipahami adalah penentuan sifat umum dari suatu fenomena atau kategori. Sifat umum dari setiap kategori fenomena tentu tidak sama. Sifat umum dari warna, adalah intensisitas corak dan kecerahan, sedangkan sifat umum dari perilaku adalah frekuensi, intensitas, durasi, dan seterusnya.



Pengkodean Terporos (Axial Coding)

Pengkodean terporos adalah seperangkat prosedur penempatan data kembali dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan antarkategori. Pengkodean ini diawali dari penentuan jenis kategori kemudian dilanjutkan dengan penemuan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.

Dalam Grounded Theory, setiap kategori harus dikelompokkan ke dalam satu jenis kategori berikut; yaitu kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, strategi aksi/interaksi, dan konsekuensi. Sistem pengelompokan kategori ini disebut dengan model paradigma Grounded Theory. Tugas peneliti pada tahap ini adalah memberi kode terhadap setiap kategori data, dengan mengajukan pertanyaan, "termasuk jenis kategori apa data ini"? Model paradigma inilah yang menjadi dasar untuk menemukan hubungan antar kategori atau antarsubkategori.

Kegiatan selanjutnya adalah menghubungkan subkategori dengan kategorinya. Sifat pertanyaan yang diajukan dalam pengkodean terporos mengarah pada suatu jenis hubungan. Alternatif hubungan-hubungan itu adalah; hubungan antara kondisi kausal dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara konteks dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara kondisi pengaruh dengan strategi aksi/interaksi, hubungan antara strategi aksi/interaksi dengan konsekuensi. Pola hubungan yang perlu ditemukan itu tidak terhenti pada hubungan antara dua kategori, melainkan harus dapat mengungkap hubungan antara semua jenis kategori, yang dapat digambarkan ke dalam skema berikut:



Pengkodean Terpilih (Selective Coding)

Mengingat masalah penelitian dalam Grounded Theory masih bersifat umum, mungkin sekali peneliti menemukan sejumlah besar data dengan kategori dan hubungan antarkategori/subkategori yang banyak dan bervariasi. Kenyataan ini tentu dapat membingungkan, karena datanya masih belum terfokus pada titik tertentu. Untuk menyederhanakannya perlu dilakukan proses penggabungan dan atau seleksi secara sistematis.

Langkah pertama yang dapat dilakukan untuk menyederhanakan data adalah dengan menggabungkan semua kategori, sehingga menghasilkan tema khusus. Penggabungan tidaklah banyak berbeda dengan pengkodean terporos, kecuali tingkat abstraksnya. Konsep-konsep yang digunakan dalam penggabungan lebih abstrak dari konsep pengkodean terporos. Cara ini merupakan tugas peneliti yang paling sulit. Kepekaan teoritik dari peneliti amat penting di sini. Inti dari proses penggabungan itu adalah, bagaimana peneliti dapat menemukan spirit teoritis dari semua kategori. Spirit teoritis itu mungkin saja tidak tampak secara eksplisit, tetapi tertangkap oleh pikiran peneliti.



Ada beberapa tahapan kerja yang disarankan dalam proses pengkodean terpilih ini;

Mereproduksi kembali alur cerita atau susunan data ke dalam pikiran.

Mengidentifikasi data dengan menulis beberapa kalimat pendek yang berisi inti cerita atau data. Pertanyaan yang perlu diajukan peneliti terhadap dirinya sendiri, adalah "apakah yang tampak menonjol dari wilayah penelitian ini?", atau "apa masalah utamanya".

Menyimpulkan dan memberi kode terhadap satu atau dua kalimat sebagai kategori inti. Keriteria kategori inti yang disimpulkan itu ialah bahwa ia merupakan inti masalah yang dapat mencakup semua fenomena/data. Kategori inti harus cukup luas agar mencakup dan berkaitan dengan kategori lain. Kategori inti ini dapat diibaratkan sebagai matahari yang berhubungan secara sistematis dengan planet-planet lain. Lalu kategori inti tersebut diberi nama (konseptualisasi).

Menentukan pilihan kategori inti. Jika ternyata pada tahap "c" ada dua atau tiga kategori inti, maka mau tak mau harus dipilih satu saja. Kategori inti lainnya dijadikan sebagai kategori tambahan yang tidak menjadi inti pembahasan dalam penelitian ini.

Pada tahap penggabungan dan atau pemilihan ini, peneliti sebenarnya telah sampai pada penemuan tema pokok penelitian. Pada umumnya metode kualitatif menganggap penelitian telah selesai pada penemuan tema ini. Lain hal dalam Grounded Theory, tema utama (yang sudah ditemukan) dipandang sebagai dasar untuk merumuskan masalah utama dan hipotesis penelitian. Karena itu, peneliti perlu merumuskan masalah pokok dan hipotesis penelitiannya. Berdasarkan masalah dan hipotesis itu, peneliti harus kembali lagi ke lapangan untuk mengabsahkan atau membutikannya. Hasil pembuktian itulah yang menjadi temuan penelitian, yang disebut sebagai teori.



4. Analisis Proses

Menganalisis proses merupakan bagian penting dalam Grounded Theory. Yang dimaksud dengan analisis proses adalah pengaitan urutan tindakan/interaksi. Kegiatan analisis ini terdiri dari penelusuran terhadap; (a) perubahan kondisi, (b) respon (strategi aksi/interaksi) terhadap perubahan; (c) konsekuensi yang timbul dari respon, dan (d) penjabaran posisi konsekwensi sebagai bagian dari kondisi.

Pada penelitian Grounded Theory, analisis proses bukan merupakan bagian dari tahapan kegiatan, tetapi sebagai cara untuk mempertajam analisis dalam pengkodean (khusus pada pengkodean terporos dan pengkodean terpilih). Hasil analisis proses itu juga perlu ditunjukkan dalam penulisan laporan penelitian. Maksud analisis proses ini adalah sebagai cara untuk menghidupkan data melalui penggambaran dan pengaitan tindakan/interaksi untuk mengetahui urutan dan atau rangkaian data. Dalam pengaitan itu tidak hanya untuk mengenali urutan waktu atau kronologi suatu peristiwa, melainkan yang lebih penting adalah untuk menemukan keterkaitan antara stimulus, respon, dan akibat. Kondisi, respon, dan konsekwensi harus dilihat sebagai tiga hal yang terus bergerak secara dinamis dan berputar mengikuti garis lingkaran.

Dalam prakteknya, proses dapat dilihat sebagai pergerakan progresif dan dapat pula dilihat sebagai pergerakan nonprogresif. Kedua perspektif proses ini dapat dijabarkan sebagai berikut:

Proses sebagai pergerakan progresif; Jika proses dilihat sebagai pergerakan progresif, maka peneliti dapat mengkonsepkan data sebagai langkah-langkah, fase-fase, atau tahapan. Cara ini cukup baik untuk penelitian yang membahas tentang perkembangan, sosialisasi, transformasi mobilitas sosial, imigrasi, dan peristiwa sejarah. Hal penting yang perlu diingat di sini ialah bahwa kesemua unsur paradigma Grounded Theory harus berperan dalam menjelaskan rentang waktu dan variasinya, di mana keterkaitan atau hubungan-hubungan antar unsur tetap dapat dieksplisitkan.

Proses sebagai pergerakan nonprogresif; Bagaimanapun tidak semua fenomena terjadi secara kronologis, karena tidak jarang pula ditemukan fenomena yang tidak dapat dinyatakan sebagai langkah-langkah dan fase-fase progresif yang runtut. Untuk fenomena seperti ini, peneliti dianjurkan untuk menganalisis penggantian atau perubahan tindakan/interaksi yang terencana sebagai tanggapan atas perubahan kondisi.



PENGUMPULAN DATA DAN PENYAMPELAN TEORITIK

Pada dasarnya instrumen pengumpul data penelitian Grounded Theory adalah peneliti sendiri. Dalam proses kerja pengumpulan data itu, ada 2 (dua) metode utama yang dapat digunakan secara simultan, yaitu observasi dan wawancara mendalam (depth interview). Metode observasi dan wawancara dalam Grounded Theory tidak berbeda dengan observasi dan wawncara pada jenis penelitian kualitatif lainnya.

Hal yang spesifik yang membedakan pengumpulan data pada penelitian Grounded Theory dari pendekatan kualitatif lainnya adalah pada pemilihan fenomena yang dikumpulkan. Paling tidak, pada Grounded Theory sangat ditekankan untuk menggali data perilaku yang sedang berlangsung (life history) untuk melihat prosesnya serta ditujukan untuk menangkap hal-hal yang bersifat kausalitas. Seorang peneliti Grounded Theory selalu mempertanyakan "mengapa suatu kondisi terjadi?", "apa konsekwensi yang timbul dari suatu tindakan/reaksi?", dan "seperti apa tahap-tahap kondisi, tindakan/reaksi, dan konsekwensi itu berlangsung"?.

Dalam Grounded Theory, masalah sampel penelitian tidak didasarkan pada jumlah populasi, melainkan pada keterwakilan konsep dalam beragam bentuknya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara penyampelan teoritik. Penyampelan teoritik adalah pengambilan sampel berdasarkan konsep-konsep yang terbukti berhubungan secara teoritik dengan teori yang sedang disusun. Tujuannya adalah mengambil sampel peristiwa/fenomena yang menunjukkan kategori, sifat, dan ukuran yang secara langsung menjawab masalah penelitian. Sebagai contoh, jika peneliti sedang meneliti "warna kuning" yang di dimensinya terdiri atas "intensitas corak" dan "kecerahan", maka peneliti memutuskan untuk mendalami "intensitas corak" saja (tidak lagi membahas tentang 'kecerahan"), berarti ia sudah melakukan penyampelan. Penegasan ini memberi makna, bahwa pada dasarnya yang di sampel itu bukan obyek formal penelitian (orang atau benda-benda), melainkan obyek material yang berupa fenomena-fenomena yang sudah dikonsepkan. Namun demikian, karena fenomena itu melekat dengan subyek (orang atau benda), maka dengan sendirinya obyek formal juga ikut di sampel dalam peroses pengumpulan atau penggalian fenomena.



Berkenaan dengan proposisi terakhir, pada hakikatnya fenomena yang telah terpilih itulah yang dicari atau digali oleh peneliti ketika proses pengumpulan data. Karena fenomena itu melekat dengan subyek yang diteliti, maka jumlah subyek pun terus bertambah sampai tidak ditemukan lagi informasi baru yang diungkap oleh beberapa subyek yang terakhir. Itulah sebabnya, penentuan sampel subyek dalam penelitian Grounded Theory, seperti halnya penelitian kualitatif pada umumnya, tidak dapat direncanakan dari awal. Subyek-subyek yang diteliti secara berproses ditentukan di lapangan, kaetika pengumpulan data berlangsung. Cara penyampelan inilah yang disebut dalam penelitian kualitatif sebagai snow bowl sampling.

Sesuai dengan tahap pengkodean dan analisis data, penyampelan dalam Grounded Theory diarahkan dengan logika dan tujuan dari tiga jenis dasar prosedur pengkodean. Ada tiga pola penyampelan teoritik, yang sekaligus menandai tiga tahapan kegiatan pengumpulan data; (a) penyampelan terbuka, (b) penyampelan relasional dan variasional, serta (c) penyampelan pembeda. Penyampelan ini bersifat kumulatif (di mana penyampelan terdahulu menjadi dasar bagi penyampelan berikutnya) dan semakin mengerucut sejalan dengan tingkat kedalaman fokus penelitian. Keterangan yang berkenaan dengan tiga pola penyampelan ini dapat diringkas sebagai berikut:



Penyampelan Terbuka; Penyampelan ini bertujuan untuk menemukan data sebanyak mungkin sepanjang berkenaan dengan rumusan masalah yang dibuat pada awal penelitian. Karena pada tahap awal itu peneliti belum yakin tentang konsep mana yang relevan secara teoritik, maka obyek pengamatan dan orang-orang yang diwawncarai juga masih belum dibatasi. Data yang terkumpul dari kegiatan pengumpulan data awal inilah kemudian dianalisis dengan pengkodean terbuka.

Penyampelan Relasional dan Variasional; Sebagaimana diutarakan di atas, tujuan pengkodean terporos adalah menghubungkan secara lebih khusus kategori-kategori dengan sub-subkategorinya. Untuk maksud ini perlu dilakukan penyampelan yang berfokus pada pengungkapan dan pembuktian hubungan-hubungan tersebut. Kegiatan itu dinamakan penyampelan relasional dan variasional.



Pada penyampelan relasional dan variasional diupayakan untuk menemukan sebanyak mungkin perbedaan tingkat ukuran di dalam data. Hal pokok yang perlu pada penemuan perbedaan tingkat ukuran tersebut adalah proses dan variasi. Jadi, inti utama penyampelan di sini adalah memilih subyek, lokasi, atau dokumen yang memaksimalkan peluang untuk memperoleh data yang berkaitan dengan variasi ukuran kategori dan data yang bertalian dengan perubahan.

Penyampelan Pembeda: Penyampelan pembeda berkaitan dengan kegiatan pengkodean terpilih. Karena itu tujuan penyampelan pembeda di sini adalah penetapan subyek yang diduga dapat memberi peluang bagi peneliti untuk membuktikan atau menguji hubungan antarkategori.

Kegiatan pengumpulan data dalam penelitian Grounded Theory berlangsung secara bertahap dan dalam rentang waktu yang relatif lama. Proses pengambilan sampel juga berlangsung secara terus menerus ketika kegiatan pengumpulan data. Jumlah sampel bisa terus bertambah sejalan dengan pertambahan jumlah data yang dibutuhkan. Ketentuan umum dalam Grounded Theory adalah melakukan penyampelan hingga pemenuhan teoritik bagi setiap kategori tercapai. Maksudnya, penyampelan dihentikan apabila; (a) tidak ada lagi data baru yang relevan, (b) penyusunan kategorinya telah terpenuhi; dan (c) hubungan antarkategori sudah ditetapkan dan dibuktikan.

Dari keterangan tentang prinsip penyampelan di atas, pengambilan kesimpulan dalam penelitian Grounded Theory tidak didasarkan pada generalisasi, melainkan pada spesifikasi. Bertolak dari pola penalaran ini, penelitian Grounded Theory bermaksud untuk membuat spesifikasi-spesifikasi terhadap (a) kondisi yang menjadi sebab munculnya fenomena, (b) tindakan/interaksi yang merupakan respon terhadap kondisi itu, (c) serta konsekuensi-konsekuensi yang timbul dari tindakan/i nteraksi itu. Jadi, rumusan teoritik sebagai hasil akhir yang ditemukan dari jenis penelitian ini tidak menjustfikasi keberlakuannya untuk semua populasi, seperti dalam penelitian kuantitatif, melainkan hanya untuk situasi atau kondisi tersebut.



PENUTUP

Grounded Theory Approach adalah satu jenis metode penelitian kualitatif yang berorientasi pada penemuan teori dari kancah. Dilihat dari prosedur, prinsip, dan teknik yang digunakan, metode ini benar-benar bersifat kualitatif murni, tetapi jika dilihat dari kerangka berpikir yang digunakan ternyata secara implisit pendekatan ini meminjam metode kuantitatif. Paling tidak ada 3 (tiga) dasar kerangka berpikir kuantitif yang dipinjam Grounded Theory;

Penggunaan hukum kausalitas sebagai dasar penyusunan teori. Seperti diketahui, bahwa dalam epistemologi ilmiah, prinsip kausalitas adalah salah asumsi dasar bagi pengembangan ilmu pengetahuan, karena sangat diyakini bahwa segala hal yang terjadi di alam ini tidak lepas dari hukum sebab-akibat.

Pengukuran fenomena. penelitian kualitatif pada umumnya tidak melakukan pengukuran terhadap data yang ditemukannya, melainkan lebih menekankan pada pengelompokan konfigurasi dari variasinya. Lain hal dengan Grounded Theory, di sini dilakukan pengukuran-pengukuran, sebagaimana yang lazim dilakukan pada metode kuantitatif.

Penggunaan variabel; Secara eksplisit memang tidak pernah disebut-sebut istilah variabel dalam Grounded Theory. Tetapi dengan penggunaan paradigma teoritik yang membagi fenomena ke dalam kondisi kausal, konteks, kondisi pengaruh, tindakan/interaksi, dan konsekwensi, serta mencari hubungan-hubungan antara unsur-unsur itu merupakan pertanda bahwa di dalam metode ini digunakan konsep-konsep yang identik dengan variabel.

Perkawinan metode kualitatif dengan kuantitatif dalam Grounded Theory merupakan satu perkembangan baru yang patut diberi apresiasi positif. Proses perkawinan itu sendiri harus dimaklumi, tidak saja karena Strauss dan Glaser sebagai dua tokoh penggagas metode ini yang memiliki latar pemikiran yang berbeda (kualitatif dan kuantitatif), melainkan juga karena tuntutan perkembangan metode keilmuan yang terus berkembang. Mau tak mau, metode kualitatif harus menata prosedur dan teknik-teknik penelitiannya agar semakin dipercaya sebagai metode yang dapat diandalkan dalam pengembangan ilmu pengetahuan.

Minggu, 23 Oktober 2011

Tekhnik Proyeksi Bisnis

ANGGARAN PENJUALAN
2.1. PENGERTIAN
Dalam penyusunan anggaran operasional perusahaan \, biasanya kegiatan pertama yang harus dilakukan adalah membuat anggaran penjualan. Anggaran penjualan umumnya menggambarkan penghasilan yang diterima karena adanya penjualan. Anggran penjualan meliputi anggaran tentang jenis produk yang akan dijual, volume produk yang akan dijual, harga per unit, waktu penjualan, dan daerah penjualannya. Anggaran penjualan merupakan dasar penyusunan anggaran lannya. Oleh karena itu setelah anggaran penjualan disusun, dilanjutkan dengan menyusuan anggaran operasional lainnya. Setelah anggaran operasional dibuat, selanjutnya disusun anggaran keuangan, semua dibuat dengan berpedoman kepada anggaran penjualan.

Anggaran penjualan yang disusun mempunyai kegunaan sebagai berikut :
1. Secara Umum
Sama dengan semua anggaran, yaitu sebagai pedoman kerja, alat pengkoordinasian kerja dan alat pengawasan kerja.
2. Secara khusus
Berguna sebagai dasar penyusunan semua anggaran yang ada dalam perusahaan.

Agar anggaran dapat disusun, langkah awal yang harus ditempuh adalah menetapkan target penjualan. Untuk menetapkan target penjualan, beberapa pokok berikut perlu diperhatikan. :

1. Harus mempertimbangkan factor-faktor sebagai berikut :
• Luas pasar, apakah bersifat lokal, regional, nasional
• Keadaan persaingan, apakah bersifat monooli, persaingan bebasa dan sebagainya.
• Kemampuan paar untuk menyerap barang (peluang pasar)
• Keadaan/sifat konsumen, yaitu konsumen akhir dan konsumen industri
• Kemampuan financial, yaitu kemampuan membiayaa riset pasar, modal kerja, membeli bahan mentah, dan lain ssebagainya
• Keadaan personalia, berhubungan dengan tenaga kerja baik dalam jumlah mauun kualtasnya.
2. Membuat suatu proyeksi /forecast penjualan (ramalan penjualan)

2.2. FORECAST PENJUALAN
Forecast penjualan adalah perkiraan / proyeksi secara teknisi permintaan konsumen potensial untuk suatu waktu tertentu dengan berbagai asumsi. Dalam hal ini hasil dari suatu forecast lebih merupakan pernyataan atau penilaian yang kuantitatifisir terhadap kondisi masa depan mengenai penjualan sebagai proyeksi teknis dari permintaan konsumen potensial untuk jangka waktu tertentu. Meskipun demikian hasil perkiraan yang diperoleh mungkin saja tidak sama dengan rencana. Hal ini disebabkan karena :
• Forecast lebih merupakan pernyataan atau penilaian yang dikuantifisir terhadap kondisi masa depan mengenai subjek tertentu, misalnya penjualan.
• Forecast penjualan merupakan proyeksi teknis dari permintaan konsumen potenasial untuk jangka waktu tertentu, dengan menyebutkan asumsi yangmendasarinya
• Forecast selayaknya hanya dipandang sebagai bahan masukan untuk mengembangkan suatu rencana penjualan.
• Manajemen dapat menerima atau menolak hasil dari suatu forecast

Pada umumnya hasil dari suatu forecast penjualan akan dikonversikan menjadi rencana penjualan dengan memperhitungkan berbagai hal berikut :
a. Pendapat
b. Strategi-strategi yang direncanakan
c. Keterikatan/komitmen dengan sumber daya
d. Ketetapan manajemen dalam usaha mencapai sasaran penjualan.

Secara umum teknik forecast yang umum diterapkan untuk memperoleh suatu forecast penjualan dapat dikelompokkan menjadi :


1. Forecast berdasarkan judgement
2. Forecast berdasarkan analisis statistika.
3. Forecast berdasarkan metode khusus

1. Forecast berdasarkan judgement
Forecast berdasarkan judgement dapat dilakukan melalui pendapat pimpinan bagian pemasaran, pendapat para petugas penjualan, pendapat para penyalur, pendapat konsumen, maupun pendapat para ahli.
2. Forecast berdasarkan analisis statistika
a. Apabila [erhitungan berdasarkan data histories dati satu variable saja, maka digunakan cara :
1. Metode Tren bebas
2. Metode Tren Semi Average
3. Metode Tren Moment
4. Metode tren least Square
b. Apabila perhitungan berdasarkan data histories dari satu variable yang akan ditaksir dihubungkan dengan data histories lain yang mempunyai hubungan kuat terhadap perkembangan variable yang akan ditaksir, maka dignakan cara :
1. Metode Korelasi
2. Metode Regresi

PT. PRATAM JAYA, yang bergerak dalam bisnis makanan anak, memiliki data penjualan tahunan sebagaimana tertera pada Tabel. 2.1
Tabel 2.1
Penjualan makanan Anak PT. PRATAMA JAYA tahun 2003-2007

Tahun Jumlah Penjualan (juta unit)
2003 140
2004 148
2005 157
2006 160
2007 169

Terhadap data penjualan PT. PRATAMA JAYA, tersebut dapat dibuat forecast penjualan untuk tahun 2008 dan seterusnya dengan menggunakan beberapa metode yang disebutkan sebelumnya, berikut akan diberikan ilustrasi pemakaian metode –metode tersebut

1. Metode Trend Bebas
Pada umumnya metode trend bebas cenderung dignakan sebagai analisis pendahuluan yang akan memberikan gambaran awal dari suatu permasalahan yang dihadapai. Metode trend bebas mencoba melihat pola data amatan melalui tebaran titik dari pasangan data panjualan pada setiap waktunya. Berdasarkan tebaran data yang terbentuk dapat diperkirakan trend penjualan dari data tersebut. Sebagai contoh bila terhadap data penjualan PT. ADIWIJAYA sebagaimana tertera pada Tabel 2.1 dibuat tebaran titiknya dan ditarik garis yang menghubungkan titik-titik pasangan pengamatan tersebut, akan diperoleh gambaran trend penjualan sebagai berikut :

Y (unit)
170

160

150
140
0 N 2003 2004 2005 2006 2007 X


Dari gambaran yang diperoleh, bila asumsi yang disebutkan sebelumnya dipenuhi, maka dapat diramalkan bahwa penjualan PT. PRATAMA JAYA tahun 2007 akan meningkat melebihi penjualan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun demikian gambaran tentang beberapa berapa besanya penjualan PT. PRATAMA JAYA pada tahun 2007 dan seterunya dalam bentuk angka tidak dapat diperoleh dengan menggunakan trend bebas ini. Untuk memperoleh hasil peramalan yang lebih akurat, pada umumnya metode trend bebas perlu dilanjutkan ke analisis yang dapat menunjukan bentuk hubungan antara data penjualan dengan waktu.

2. Metode Trend Semi Average
Metode trend semi average dapat digunakan untuk keperluan forecast dengan bentuk suatu persamaan seperti analisis regresi. Metode ini dapat digunakan apabila data yang ada jumlahnya genap, sehingga dapat dbagai menjadi dua kelompok sama besar.
Metode trend semi average memiliki mekanisme sebagai berikut ;
1. Membagi data yang ada menjadi dua kelompok
Contoh Aplikasi :
Jika data penjualan yang dimiliki oleh PT. PRATAMA JAYA adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2
Data Penjualan PT. PRATAMA JAYA tahun 2002-20007

Tahun Jumlah Penjualan (Y) dlm juta unit
2002 140
2003 148
2004 157
2005 157
2006 160
2007 169

Untuk kasus penjualan PT. PRATAMA JAYA tersebut, kelompok pertama adalah data penjualan tahun 2002, 2003 dan 2004. Kelompok kedua adalah data penjualan tahun 2005, 2006, dan 2007.

1. Dari tiap kelompok data dicari nilai rata-rata. Rata-rata dari kelompok pertama adalah 148,33 dan rata-rata kelompok kedua adalah 162 sebagaimana ditunjukkan pada tabel berikut :


Tahun Jml penjualan (Y) dalam juta unit
Total
Average
X
1994 140
-1
1995 148
445 445 = 148,33 0
1996 157 1

1997 157
2
1998 160 486 486 = 162 3
1999 169 4
3. Memberi score terhadap waktu yang terkait dengan data penjualan Dalam metode trend semi average ini, acuan adalah kepada kelompok pertama. Score 0 diberikan bagi data yang berada di tegah dari data yang ada pada kelompok pertama bila datanya ganjil. Selnjutnya terhadap data yang sebelumnya diberi score -1, -2, -3 dst dan terhadap data yang sesudah diberi score 1,2,3, dst. Untuk data yang jumlahnya genap, biasanya score tidak melibatkan nilai nol. Sebagai contoh bla datanya ada 4, score yang diberikan adalah -3,-1,1,3
4. melanjutkan pemberian score pada kelompok data yang kedua. Contoh pada kasus data penjualan PT. ADIWIJAYA score terakhir dari kelompok 1 adalah 1, maka terhadap data penjualan tahun 1997, 1998, 1999 diberi score 2,3 dan 4.
5. membentuk persamaan Y= a+bX dan melakukan forecast nilai Y untuk nilai X yang ditentukan , dimana
a = rata-rata kelompok 1 (X1)
b= selisih antara X2 dengan X1 dibagai dengan jumlah data yang ada dalam 1 kelompok
Jadi :
a = 148,33
162 – 148,33
b --------------------------- = 4,5567
3

dengan demikian persamaan yang terbentuk adalah :

Y = 148,33 + 4,5567 (X)

Maka forecast penjualan untuk tahun 2000 adalah (dberi score x = 5)

Y = 148,33 + 4,5567 (50 = 171,11

Untuk tahun 2001, diramalkan penjualan PT. ADIWIJAYA sebesar :

Y = 148,33 + 4,5567 (6) = 175,67

Dalam mengunakan metode tren semi average ini perlu disadari bahwa keakuratan forecast akan semakin rendah bila periode waktu permalannya smakin jauh ke depan dari data yang digunakan untuk forecast.

3. Metode Trend Moment
Metode trend moment merupakan analisis yang dapat digunakan untuk keperluan peramalan dengan membentuk persamaan : Y = a + b X sebagaimana telah diulas pada Metode rend semi Average.
Dalam enerapannya metode ini tidak mensyaratkan jumlah data harus genap. Perbedaan dengan Metode trend semi Average terletak pada pemberian score nilai X nya. Dalam hal ini pemberian score X dimulai dari 0,1,2 dst. Berikut akan diberikan ilustrasi penerapan metode ini untuk data penjualan PT. PRATAMA JAYA sebagaimana tertera pada tabel 2.1
Tahun Y X XY X2
2003 140 0 0 0
2004 148 1 148 1
2005 157 2 314 4
2006 160 3 480 9
2007 169 4 676 16
S 774 10 1.618 30

Dalam mencari koefisien a dan b digunakan persamaan :
S Y = n . a + b. SX
SXY = a. SX + b. SX2
Keterangan : n = banyaknya pasangan amatan x,y = 5

Selanjutnya terhadap persamaan-persamaan yangterbentuk dapat dicari penyelesainnya melalui metode eliminasi ataupun metode substitusi sebagaimana ditunjukkan dalam contoh berikut :
I. 774 = 5.a + b (10) [ x2 ]
II. 1.618 = 10 . a + b 9300 [ x1 ]
1.548 = 10 a + 20 b
1.618 = 10.a + 30 b (-)
- 70 = - 10 b b = 7
Substitusikan
b = 7 (I) 774 = 5 a + 10 (7)
5a = 774 - 70 = 704
a = 704 / 5 = 140,8
maka persamaan trendnya : Y = 149,8 + 7 (X)
forecast penjualan untuk tahun 2000 ;
Y = 154,8 + 7 (3) = 175,8


4. a. Metode Lest Squre (metode Jumlah Kuadrat Terkecil)
Dalam hal ini , terhadap data dilakukan pembagian menjadi dua kelompok . Untuk data yang jumlahnya :
• Genap, maka score nilai X – nya adalah … -5,-3,-1,1,3,5
• Ganjil , maka score nilai X – nya adalah …. , -2,-1,0,1,2
Selanjutnya koefisien a dan b dicari dengan rumus :
∑ Y ∑XY
a = ----------- b = -----------
n ∑ X2

Berdasakandata penjualan PT. PRATAMA JAYA, pada tabel ini , hasil perhitungan dengan teknik ini adalah sebagai berikut

Tahun Y X XY X2
2003 140 -2 -280 4
2004 148 -1 -148 1
2005 157 0 0 0
2006 160 1 160 1
2007 169 2 338 4
S 774 0 70 10


774 70
a = ----------- = 154,8 b = ----------- = 7
5 10

Sehingga persamaam trend metode least square adalah
Y = 154,8 + 7 (X)

Forecast penjualan tahun 2008 :
Y = 154,8 + 7 (3) = 175,8


b. Metode korelasi dan regresi
Analisis korelasi dan regresi menunjukkan hubungan antara satu variable dengan satu atau lebih variable lainnya. Dengan analisis korelasi dapat diketahui keeratan hubungan dari variable-variabel yang menjadi perhaian sedangkan dengan analisis regresi dapat diketahui bentuk hubngan dari variable-variabel yang menjadi perhaian.
Dengan analisis regresi dapat diketahui besarnya perubahan variavel yang dicari bla factor-faktor lain yang mempengaruhi variable tersebut berubah. Seperti ada contoh di atas, perubahan tingkat penjualan tidak hanya ditentukan oleh pola penjualannya tetapi juga di tentukan leh factor-faktor lain.
Aplikasi dari metode ini berdasarkan data penjualan PT. PRATAMA JAYA pada tabel 2.1 adalah sebagai berikut. Bila X menunjukkan biaya iklan (dalam jutaan ruiah0 dan Y menunjukkan jumlah penjualan (dalam juta unit) ilustrasi terhadap metode ini ditunjukkan sebagai berikut :

Tahun Y X XY X1 X2
1995 9 140 1.260 81 19.600
1996 12 148 1.776 144 21.904
1997 14 157 2.198 196 24.649
1998 15 160 2.400 225 25.600
1999 17 169 2.873 289 28.561
S 67 774 10.507 935 120.314

Persamaan regresinya -------------> Y = a + b (X)

Koefisien a dan b dicari dengan persamaan
S xY - SX. SY 5 910507) – (67) (7740
b = ---------------------------------- = --------------------------------------= 3,64
n. SX2 – (SX)2 5 (935) - (67)2

S Y – b. SX 7745 – (3,64) (67)
a. = --------------------------- = -------------------------- = 106,02
n 5


Jadi : Y = 106,02 + 3,64 X

Persamaan ini dapat diinterpretasikan bahwa bila biaya iklan naik satu juta rupiah, jumlah penjualan akan meningkat 3,64 juta unit.
Koefisein korelasi dicari dengan persamaan :
nSXY - SX. SY
r = -----------------------------------------------
ÖnSX2 - (SX)2 Ön. SY2 - (SY)2


intepretasi dari koefisien korelasi secara teoritis adalah sebagai berikut :
• Jika 0 £ r £ 1 berarti variable x memiliki hubungan yang positif dan berbanding lurus (linier) dengan variable Y. Bila nilai Variabel X bertambah maka nilai variable Y juga akan bertambah, dmikian juga sebaliknya. Semakin dekat nilai r ke 0 maka smakin lemah kekuatan hubngan kedua variable tersebut, sebaliknya semakin dekat nilai r ke 1 semakin kuat hubungan dari kedua variable tersebut.
• Jika r = 0 berarti X tidak memiliki hubungan linier dengan variable Y. Artinya gejolak nilai variable X tidak berpengaruh terhadap gejolak atau perkembangan nilai variable Y. dengan kata lain bertambah atau berkurang nilai variable Y tidak terkait dengan perubahan nlai variable X
• Jika -1 £ r £ 0 berarti variable X berhubngan dengan variavel Y etapi hubungannya negative. Dalam hal ini jika nilai ariabel X bertambah maka nilai variable Y justeru berkurang,demikian juga sebaliknya.

Nilai koefisien korelasi uintuk data sebelumnya adalah :

5 (10.507) – (67) 7740
r =----------------------------------------------------------------------------- = 0.,994
Ö5 9935) - (67)2 Ö 5 9120.3140 - (774)2


Dengan demikian, karena nilai yang diperoleh mendekati 1, berarti terdapat keeratan hubungan yang sangat kuat diantara biaya iklan dengan jumlah penjualan. Sifat hubungan antara keduanya adalah positif yang berarti dengan meningkatnya biaya iklan terjadi pula kenaikan jumlah penjualan.

3. Forecast berdasarkan Metode khusus
a. Analisis industri
Dalam analisis ini lebih ditekankan pada “ market Share” yang dimiliki perusahaan. Analisis ini menghubungkan potensi penjualan pwerusahaan dengan industri pada umumnya (volume, posisi dalam persaingan)


Tahapan dalam pemakaian analisis industri :
1. Membuat proyeksi permintaan industri
2. Menlai posisi perusahaan dalam persaingan
Permintaan perusahaan
Market Share = ------------------------------------------ x 100%
Permintaan industri

b. Analisis Product Line
Umumnya analisis product line digunakan pada perusahaan yang menghasilkan beberapa macam dan tidak mempunyai kesamaan, sehingga dalam membuat forecast nya harus terpisah.
c. Analisis Penggunaan akhir
Bagi perusahaan yang menghasilkan produk setengah jadi, masih memerlukan proses lebih lanjut menjadi produk jadi dan siap untuk dikomsumsi, maka dalam pembuatan forecast-nya ditentukan oleh penggunaan akhir yang ada kaitannya dengan produk yang dihasilkan

2.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ANGGARAN PENJUALAN
1. Faktor Intern
Yaitu factor-faktor yang beraal dari dalam perusahaan.
Yang termasuk dalam factor ini antara lain
a. Penjualan tahun-tahun yang lalu
b. Kebijaksanaan perusahaan yang berhubngan dengan masalah penjualan
c. Kapasitas produksi dan kemungkinan perluasannya
d. Tenaga kerja yang dimiliki
e. Modal yang tersedia
f. Fasilitas-faslitas lain

2. Faktor Ekstern
Yaitu faktor-faktor yang berasal dari luar perusahaan
Yang termasuk dalam factor ini, antara lain
a. keadaan persaingan di pasar
b. Posisi perusahaan dalam persaingan
c. Tingkat pertumbuhan penduduk
d. Tingkat penghasilan masyarakat
e. Elastisitas permintaan terhadap harga barang yang dihasilkan perusahaan
f. Agama, adapt istiadat dan kebiasaan masyarakat
g. Kebijaksanaan pemerintah
h. Keadaan perekonomian nasional/internasional
i. Kemajuan teknologi barang-barang substitusi, selera konsumen

Contoh Kasus :
PT. SURYA PUTRA, memproduksi tiga jenis produk yaitu : AA , BB, CC. Data penjualan dalam unit ketiga produk tersebut adalah sebagai berikut :
Tahun AA BB CC
2002 4500 8000 3500
2003 6000 6000 4000
2004 5000 5000 4500
2005 4500 7500 6000
2006 5500 8000 6500
2007 6000 6500 5000

Harga jual/unit untuk tahun 2008 adalah sebagai berikut :
AA = Rp. 2250
BB = Rp. 3000
CC = Rp. 5200

1. Membuat ramalan tingkat penjualan (tahun 2008) dalam unit untuk produk AA dengan mentode Least Square, Produk BB, dengan metode Semi Average dan Produk CC dengan metode Trend Moment
2. Membuat Analisa korelasi dan regresi antara penjualan dengan biaya iklan dari masing-masing produk AA , BB, dan CC
3. Menyusun Anggaran penjualan tahun 2008 secara lengkap per triwulan

Jawaban :
PRODUK AA (LEAST SQUARE)

Tahun Penjualan X XY X2
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Total


Y = a + bx

∑ Y ∑XY
a = ----------- = b = ----------- =
n ∑ X2
B. PRODUK BB (SEMI AVERAGE)

Tahun Penjualan X
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Total

Y = a + bx
a = rata-rata kelompok 1 (X1)
b= selisih antara X2 dengan X1 dibagai dengan jumlah data yang ada dalam 1 kelompok


C. PRODUK CC (TREND MOMENT)

Tahun Penjualan
(unit) X XY X2
2002
2003
2004
2005
2006
2007
Total

Dalam mencari koefisien a dan b digunakan persamaan :
S Y = n . a + b. SX
SXY = a. SX + b. SX2

2. ANGGARAN PENJUALAN TAHUN 2008

Produk AA Produk BB Produk CC
Unit Harga Jumlah Unit Harga Juml Unit Harga Juml
Tw I
Tw II
Tw III
Tw IV
Total



Berdasarkan data penjualan PT. SURYA PUTRA adalah sebagai berikut. Bila X menunjukkan biaya Iklan( dalam jutaan rupiah) dan Y menunjukkan jumlah penjualan (dalam jutaan unit) , ilustrasi terhadap metode ini ditunjukan sebagai berikut :

PRODUK AA (METODE KORELASI DAN REGRESI )

Tahun Y X XY X2 Y2
2002 4500 400
2003 6000 700
2004 5000 600
2005 4500 500
2006 5500 550
2007 6000 750
Total 31500 3500

Persamaan regresinya -------------> Y = a + b (X)
Koefisien a dan b dicari dengan persamaan

S xY - SX. SY
b = ----------------------------------
n. SX2 – (SX)2

S Y – b. SX
a. = --------------------------------
n


Jadi : Y =

Koefisein korelasi dicari dengan persamaan :
nSXY - SX. SY
r = -----------------------------------------------
ÖnSX2 - (SX)2 Ön. SY2 - (SY)2


. PRODUK BB (METODE KORELASI DAN REGRESI )

Tahun Y X XY X2 Y2
2002 8000 700
6000 500
2004 5000 400
2005 7500 600
2006 8000 750
2007 6500 550
Total

Persamaan regresinya -------------> Y = a + b (X)
Koefisien a dan b dicari dengan persamaan

S xY - SX. SY
b = ----------------------------------
n. SX2 – (SX)2

S Y – b. SX
a. = --------------------------------
n

Jadi : Y =

Koefisein korelasi dicari dengan persamaan :
nSXY - SX. SY
r = -----------------------------------------------
ÖnSX2 - (SX)2 Ön. SY2 - (SY)2



. PRODUK CC ( METODE KORELASI DAN REGRESI )

Tahun Y X XY X2 Y2
2002 3500 250
2003 4000 300
2004 4500 400
2005 6000 500
2006 6500 550
2007 5000 400
Total

Persamaan regresinya -------------> Y = a + b (X)
Koefisien a dan b dicari dengan persamaan

S xY - SX. SY
b = ---------------------------- =
n. SX2 – (SX)2

S Y – b. SX
a. = -----------------------------=
n


Jadi : Y = a + b x

Koefisein korelasi dicari dengan persamaan :
nSXY - SX. SY
r = -----------------------------------------------
ÖnSX2 - (SX)2 Ön. SY2 - (SY)2

Minggu, 10 Juli 2011

Manajemen Operasional

MANAJEMEN OPERASIONAL

Manajemen Operasional adalah usaha pengelolaan secara optimal penggunan faktor produksi : tenaga kerja, mesin-mesin, peralatan, bahan mentah dan faktor produksi lainnya dalam proses tranformasi menjadi berbagai produk barang dan jasa.

Apa Yang Bisa Dilakukan Manajer Operasi Dan Orientasi Manajer Operasi
Melakukan fungsi-fungsi proses manajemen : perencanaan, pengorganisasian, pembentukan staf, kepemimpinan dan pengendalian.
Orientasi manajer operasi ialah mengarahkan keluaran/output dalam jumlah, kualitas, harga, waktu dan tempat tertentu sesuai dengan permintaan konsumen.

Tanggung Jawab Manajer Operasi
 Menghasilkan barang dan jasa.
 Mengambil keputusan yang berkaitan dengan fungsi operasi dan sistem transformasi.
 Mengkaji pengambilan keputusan dari suatu fungsi operasi.

Fungsi Produksi Dan Operasi
 Proses produksi dan operasi.
 Jasa-jasa penunjang pelayanan produksi.
 Perencanaan.
 Pengendalian dan pengawasan.

Ruang Lingkup Manajemen Operasi
1. Perancangan atau disain sistem produksi dan operasi
 Seleksi dan perancangan disain produk
 Seleksi dan perancangan proses dan peralatan
 Pemilihan lokasi dan site perusahaan dan unit produksi
 Rancangan tata letak dan arus kerja
 Rancangan tugas pekerjaan
 Strategi produksi dan operasi serta pemilihan kapasitas
2. Pengoperasian sistem produksi dan operasi
 Penyusunan rencana produk dan operasi
 Perencanaan dan pengendalian persediaan dan pengadaan bahan
 Pemeliharaan mesin dan peralatan
 Pengendalian mutu
 Manajemen tenaga kerja (SDM)

Pengambilan Keputusan
Dilihat dari kondisi atau keadaan dari keputusan yang harus diambil, ada 4 macam pengambilan keputusan :
1. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang pasti
2. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang mengandung resiko
3. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang tidak pasti
4. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang timbul karena pertentangan dengan keadaan lain.

Beberapa Jenis Pengambilan Keputusan Dalam Manajemen Operasi :
 Proses : keputusan mengenai proses fisik dan fasilitas yang dipakai
 Kapasitas : keputusan untuk menghasilkan jumlah, tempat dan waktu yang tepat
 Persediaan : keputusan persediaan mencakup mengenai apa yang dipesan, berapa banyak, kualitas dan kapan bahan baku dipesan
 Tenaga kerja : keputusan tenaga kerja mencakup seleksi, recruitment, penggajian, PHK, pelatihan, supervise, kompensasi dan promosi terhadap karyawan, penggunaan tenaga spesialis.
 Kualitas/mutu : keputusan untuk menentukan mutu barang dan jasa yang dihasilkan, penetapan standar, disain peralatan, karyawan trampil, dan pengawasan produk dan jasa.

Keputusan Dalam Manajemen Sistem Produksi
 Keputusan perencaan strategik jangka panjang dalam sumber daya
 Disain sistem produktif : pekerjaan, jalur proses, tata arus, dan susunan saran fisik
 Keputusan implementasi operasi : harian, mingguan dan bulanan.

Keputusan Perencanaan Strategis :
 Pemilihan disain rangkaian produk dan jasa
 Keputusan perencanaan kapasitas, lokasi gudang, rencana ekspansi
 Sistem pembekalan, penyimpanan dan logistik.

Pengertian Sistem Produksi :
Wahana yang dipakai untuk mengubah masukan-masukan sumberdaya untuk menciptakan barang dan jasa.
Ada tiga macam sistem dalam proses produksi :
 Proses produksi yang kontinyu
 Proses produksi terputus-putus
 Proses produksi bersifat proyek

STRATEGI OPERASI
Strategi operasi merupakan fungsi operasi yang menetapkan arah untuk pengambilan keputusan yang diintegrasikan dengan strategi bisnis melalui perencaan formal. Menghasilkan pola pengambilan keputusan operasi yang konsisten dan keunggulan bersaing bagi perusahaan.
Tipe :
1. Strategi produksi biaya rendah, melalui penekanan biaya produksi :
 Teknologi tinggi, biaya tenaga kerja rendah, tingkat persediaan rendah, mutu terjamin.
 Bagian pemasaran dan keuangan mendukung.
2. Strategi inovasi produk dan pengenalan produk baru :
 Harga bukan masalah dalam pemasaran.
 Fleksibilitas dalam pengenalan produk baru.

PERENCANAAN PABRIK
Perencanaan pabrik (factoy planning) angat penting karena diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan agar tujuan perusahaan tercapai dengan efektif dan efisien.

Perencanaan Pabrik :
 Penentuan lokasi pabrik
 Perencanaan bangunan pabrik
 Penyusunan peralatan pabrik
 Penerangan, pengaturan suara rebut, dan udara dalam pabrik.

Pemilihan Lokasi Pabrik
Penentuan atau pemilihan lokasi pabrik adalah penting, karena mempengaruhi kedudukan perusahaan dalam persaingan, dan kelangsungan hidupnya. Penentuan lokasi pabrik juga harus mempertimbangkan kemungkinan ekspansi.

Tujuan Perencanaan Lokasi Pabrik
Tujuannya adalah agar perusahaan dapat beroperasi dengan lancar, efektif dan efisien. Penentuan lokasi memperhatikan faktor biaya produksi & biaya distribusi barang yang dihasilkan & faktor lokasi sangat penting untuk menurunkan biaya operasi.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lokasi Pabrik :
Faktor utama :
 Lingkungan masyarakat
 Kedekatan dengan pasar
 Tenaga kerja
 Kedekatan dengan bahan mentah dari pemasok
 Fasilitas dan biaya transportasi
 Sumberdaya alam lainnya
Faktor sekunder
 Harga tanah
 Dominasi masyarakat
 Peraturan tenaga kerja
 Rencana tata ruang
 Kedekatan dengan lokasi pabrik pesaing
 Tingkat pajak
 Cuaca/iklim
 Keamanan
 Peraturan lingkungan hidup
Pendekatan situasional atau contingency adalah penentuan lokasi berdasarkan faktor terpenting menurut kebutuhan dan kondisi masing-masing perusahaan. Misalnya :
 Dekat dengan pasar
 Dekat dengan sumber bahan baku saja
 Tersedia tenaga kerja
Perangkap Dalam Pemilihan Lokasi
 Lokasi sulit mendapatkan tenaga kerja .
 Lokasi dengan harga tanah murah, tetapi kondisinya jelek sehingga perlu biaya mahal untuk membuat pondasi.
 Lokasi diluar kota dengan harga murah, tetapi fasilitas prasarana jalan dan saran transportasi belum dibangun.
 Lokasi di sekitar pemukiman dan sulit membuang limbah.

Tahap Pemlihan Lokasi Pabrik
 Melihat kemungkinan beberapa alternatif daerah yang akan dipilih.
 Melihat pengalaman orang lain dan pengalaman sendiri untuk menentukan lokasi pabrik.
 Mempertimbangkan dan menilai alternatif pilihan yang menguntungkan.

Ekonomi Pembangunan

KONSEP ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN

EKONOMI PEMBANGUNAN

Suatu cabang ilmu ekonomi yang menganalisis masalah-masalah yang dihadapi oleh negara-negara sedang berkembang dan mendapatkan cara-cara untuk mengatasi masalah-masalah tersebut supaya negara-negara berkembang dapat membangun ekonominya dengan lebih cepat lagi.


PEMBANGUNAN EKONOMI

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan ekonomi dan taraf hidup masyarakatnya a t a u
Suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita penduduk meningkat dalam jangka panjang
Analisis Ekonomi Pembangunan = Permasalahan Negara Sedang Berkembang

PERHATIAN TERHADAP PEMBANGUNAN EKONOMI

Sebelum PD II para ilmuwan kurang memperhatikan pembangunan ekonomi, karena faktor-faktor sbb :

1. Masih banyak negara sebagai negara jajahan
2. Kurang adanya usaha dari tokoh masyarakat untuk membahas pembangunan ekonomi. Lebih mementingkan usaha untuk meraih kemerdekaan dari penjajah.
3. Para pakar ekonomi lebih banyak menganalisis kegagalan ekonomi dan tingginya tingkat pengangguran (depresi berat)


Pasca PD II (Th. 1942), banyak negara memperoleh kemerdekaan (al : India, Pakistan, Phillipina, Korea & Indonesia), perhatian terhadap pembangunan ekonomi mulai berkembang disebabkan oleh :

1. Negara jajahan yang memperoleh kemerdekaan
2. Berkembangnya cita-cita negara yang baru merdeka untuk mengejar ketertinggalannya di bidang ekonomi.
Adanya keinginan dari negara maju untuk membantu negara berkembang dalam mempercepat
3. pembangunan ekonomi.


PENGGOLONGAN NEGARA-NEGARA DUNIA

I. Berdasarkan tingkat kesejahteraan masyarakat :

a. Negara Dunia Ke-I (First World)
(Negara Maju / Developed Country)

Eropa Barat (Inggris, Perancis, Belanda, Portugis, Jerman Barat)
Amerika Utara (USA, Kanada)
Australia, New Zeland, Jepang, Korea, China


b. Negara Dunia Ke-II (Second World)
(Negara Maju / Developed Country)
- Eropa Timur (Rusia, Polandia, Jerman Timur, Cekoslowakia)

c. Negara Dunia Ke-III (Third World)
(Negara Sedang Berkembang / Negara Selatan)
- Sebagian besar Asia (kecuali Jepang, Korea dan China),
- Negara-negara Afrika
- Negara-negara Amerika Latin (Amerika Tengah dan Selatan).


PENGGOLONGAN NEGARA-NEGARA DUNIA

II. Berdasarkan pada Tingkat Pendapatan
Perkapita :

a.Negara Maju (Developed Country) > U$ 2.000
b.Negara Semi Maju (Semi Developing Country) > U$ 400
c.Negara Miskin (Under Developing Country) < U$ 400 Sumber : World Bank, 1999. Tujuan Analisis Ekonomi Pembangunan : 1. Menelaah faktor-faktor yang menimbulkan ketiadaan pembangunan. 2. Menelaah faktor-faktor yang menimbulkan keterlambatan pembangunan. 3. Mengemukakan cara-cara pendekatan yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah- masalah yang dihadapi sehingga mempercepat jalannya pembangunan. Bidang-bidang penting yang dianalisis dalam Ekonomi Pembangunan : 1. Masalah pembentukan modal (investasi) 2. Masalah perdagangan luar negeri (Ekspor & Impor) 3. Masalah pengerahan tabungan (Saving) 4. Masalah bantuan luar negeri 5. Masalah dalam sektor pertanian atau industri 6. Masalah pendidikan dan peranannya dalam menciptakan pembangunan PEMBANGUNAN EKONOMI & PERTUMBUHAN EKONOMI PEMBANGUNAN EKONOMI ; 1. PENINGKATAN PENDAPATAN PERKAPITA MASYARAKAT PERTAMBAHAN GDP > TINGKAT PERTAMBAHAN PENDUDUK
2. PENINGKATAN GDP DIBARENGI DENGAN PEROMBAKAN STRUKTUR EKONOMI TRADISIONAL KE MODERNISASI
3. PEMBANGUNAN EKONOMI UNTUK MENYATAKAN PERKEMBANGAN EKONOMI PADA NYSB.


PERTUMBUHAN EKONOMI ;

1. KENAIKAN GDP TANPA MEMANDANG TINGKAT PERTAMBAHAN PENDUDUK DAN PERUBAHAN STRUKTUR ORGANISASI EKONOMI.
2. PERTUMBUHAN EKONOMI UTK MENYATAKAN PERKEMBANGAN EKONOMI NEGARA MAJU.


SEBAB-SEBAB PERCEPATAN PERTUMBUHAN EKONOMI :


1. KEINGINAN NEGARA UNTUK MENGEJAR KETINGGALAN
2. PERTUMBUHAN PENDUDUK
3. ADANYA KEHARUSAN NEGARA MAJU UNTUK MEMBANTU NYSB
4. ADANYA PERIKEMANUSIAAN THD NYSB


METODE PENGHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL


1. METODE PRODUKSI (Production Methode)
2. METODE PENDAPATAN (Income Methode)
3. METODE PENGELUARAN (Expenditure Methode)


11 SEKTOR PRODUKTIF PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL :

1. PERTANIAN
2. INDUSTRI PENGOLAHAN
3. PERTAMBANGAN DAN GALIAN
4. LISTRIK
5. AIR DAN GAS
6. BANGUNAN
7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI
8. PERDAGANGAN
9. BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN
10. SEWA RUMAH
11. PERTAHANAN
12. JASA LAINNYA


CARA PERHITUNGAN PENDAPATAN NASIONAL

1. PENDAPATAN NASIONAL HARGA BERLAKU
(NOMINAL) (CURRENT PRICE)

2. PENDAPATAN NASIONAL HARGA TETAP (RIIL)
(CONSTANT PRICE)


PENDAPATAN PERKAPITA PERTAHUN PERLU DIKETAHUI UNTUK :

1. MEMBANDINGKAN TINGKAT KESEJAHTERAAN
MASYARAKAT DARI MASA KE MASA

2. MEMBANDINGKAN LAJU PERKEMBANGAN
EKONOMI ANTAR BERBAGAI NEGARA

3. MELIHAT BERHASIL TIDAKNYA PEMBANGUNAN
EKONOMI SUATU NEGARA.


TINGKAT PENDAPATAN PERKAPITA TIDAK SEPENUHNYA MENCERMINKAN TINGKAT KESEJAHTERAAN DAN TINGKAT PEMBANGUNAN SUATU NEGARA, KARENA :

1. KELEMAHAN-KELEMAHAN YG BERSUMBER DARI KETIDAKSEMPURNAAN DALAM MENGHITUNG PENDAPATAN NASIONAL DAN PENDAPATAN PERKAPITA.
2. KELEMAHAN-KELEMAHAN YG BERSUMBER DARI KENYATAAN BAHWA TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT BUKAN SAJA DITENTUKAN OLEH TINGKAT PENDAPATAN MEREKA TETAPI JUGA OLEH ADANYA FAKTOR-FAKTOR LAIN.


KELEMAHAN 1

1. Kelemahan metodologis & statistis dalam menghitung pendapatan perkapita dgn nilai mata uang sendiri maupun mata uang asing
2. Terjadi penafsiran yang salah / terlalu rendah thd negara miskin karena jenis-jenis kegiatan di negara miskin terdiri dari unit-unit kecil dan tersebar di berbagai pelosok shg tidak dimasukkan dalam variabel perhitungan pendapatan nasional
3. Nilai tukar resmi mata uang suatu negara dengan valuta asing tidak mencerminkan perbandingan harga kedua negara, walaupun dalam teori dikatakan nilai tukar ini menyatakan harga


KELEMAHAN 2


FAKTOR-FAKTOR LAIN YANG MENENTUKAN PENDAPATAN DARI TINGKAT KESEJAHTERAAN MASYARAKAT SUATU NEGARA :
1. FAKTOR EKONOMI :

* STRUKTUR UMUR PENDUDUK
* DISTRIBUSI PENDAPATAN TIDAK MERATA, SEBAGIAN TIDAK MENIKMATI HASIL PEMBANGUNAN.
* CORAK PENGELUARAN MASYARAKAT BERBEDA
* MASA LAPANG / WAKTU SENGGANG TINGGI
* PEMBANGUNAN EKONOMI TDK HANYA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT TETAPI JUGA HARUS MENGURANGI JUMLAH PENGANGGURAN.


FAKTOR NON EKONOMI :

- PENGARUH ADAT ISTIADAT
- KEADAAN IKLIM DAN ALAM SEKITAR
- KETIDAKBEBASAN BERTINDAK DAN MENGELUARKAN PENDAPAT DAN BERTINDAK


INDIKATOR PEMBANGUNAN MONETER & NON MONETER

INDIKATOR PEMBANGUNAN MONETER


1. PENDAPATAN PERKAPITA
2. Indikator Kesejahteraan Ekonomi Bersih (Net Economic Welfare) Diperkenalkan William Nordhaus dan James Tobin (1972), menyempurnakan nilai-nilai GNP untuk memperoleh indikator ekonomi yg lebih baik, dgn dua cara :
a. Koreksi Positip : Memperhatikan waktu senggang (leisure time) dan perekonomian sektor informal.
b. Koreksi Negatif : Kerusakan lingkungan oleh kegiatan pembangunan


INDIKATOR PEMBANGUNAN NON MONETER

1. Indikator Sosial
Oleh Backerman ; dibedakan 3 kelompok :

* Usaha membandingkan tingkat kesejahteraan masy. di dua negara dengan memperbaiki cara perhitungan pendapatan nasional, dipelopori oleh Collin Clark dan Golbert dan Kravis.
* Penyesuaian pendapatan masy. dibandingkan dengan mempertimbangkan tingkat harga berbagai negara.
* Usaha untuk membandingkan tingkat kesejahteraan dari setiap negara berdasarkan data yg tdk bersifat moneter (non monetary indicators). Indikator non moneter yg disederhanakan (modified non-monetary indicators).


Indeks Kualitas Hidup dan Pembangunan Manusia (IPM)

Morris D : Physical Quality of Life Index (PQLI) Indeks Kualitas Hidup (IKH) yaitu gabungan tiga faktor :

1. Tingkat Harapan Hidup
2. Angka Kematian
3. Tingkat Melek Huruf.


Sejak thn 1990 UNDP mengembangkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (Human Development Index = HDI) :

(1). Tingkat harapan hidup
(2). Tingkat melek huruf masyarakat dan
(3). Tingkat pendapatan riil perkapita masyarakat
berdasarkan daya beli masing-masing negara.

Besarnya indeks 0 s/d 1. Semakin mendekati 1 berarti indeks pembangunan manusianya tinggi demikian sebaliknya.


Indikator Campuran
BPS : Indikator Kesejahteraan Rakyat Susenas Inti (Core Susenas) Pendidikan : tingkat pendidikan, tingkat melek huruf & tingkat partisipasi pendidikan.


1. Kesehatan
rata-rata hari sakit, fasilitas kesehatan
2. Perumahan
sumber air bersih & listrik, sanitasi & mutu rumah
3. Angkatan Kerja
partisipasi tenaga kerja, jml jam kerja, sumber penghasilan utama, status pekerjaan
4. Keluarga Berencana dan Fertilisasi
Penggunaan ASI, tingkat imunisasi, kehadiran tenaga kesehatan pada kelahiran, penggunaan alat kontrasepsi

5. Ekonomi
Tingkat konsumsi perkapita

6. Kriminalitas
Jumlah pencurian pertahun, jumlah pembunuhan pertahun, jumlah perkosaan pertahun.

7. Perjalanan wisata
Frekuensi perjalanan wisata pertahun

8. Akses di media massa
Jumlah surat kabar, jumlah radio dan jumlah televisi

Tugas Operasional Reseach

Program linear ( metode grafik dan metode simpleks )
Dik : Fungsi Tujuan Z=60x+30y
Fungsi Batasan a. 2x+4y≥16
b. 4x+3y≥24
Ditanya : Buat Program linearnya dengan metode Grafik ?
Mencari nilai x dan y pada fungsi batasan
2x+4y≥16
Mencari nilai x maka nilai y = 0  Mencari nilai y maka x = 0
2x+4y≥16  2x+4y≥16
2x+4(0)=16  2(0)+4y=16
2x=16  4y=16
x=8  y=4
4x+3y≥24
Mencari nilai x maka nilai y = 0  Mencari nilai y maka x = 0
4x+3y≥24  4x+3y≥24
4x+3(0)=24  4(0)+3y=24
4x=24  3y=24
x=6  y=8
Gambar grafik :



Mengevaluasi titik ABC
Titik A (8,0)
Z=60x+30y
Z=60(8)+30(0)
Z=480

Titik B (…,…)
Merupakan perpotongan antara garis 2x+4y≥16 dengan 4x+3y≥24
2x+4y≥16 x2 4x+8y=32
4x+3y≥24 x1 4x+3y=24
5y=8
y=1,6
Selanjutnya mencari nilai x dengan menggunakan salah satu persamaan:
2x+4y≥16
2x+4(1,6)=16
2x+6,4=16
2x=16-6,4
2x=9,6
x=4,8
Jadi titik B (4,8 ; 1,6)
Z=60x+30y
Z=60(4,8)+30(1,6)
Z=288+48
Z=336

Titik C (0,8)
Z=60x+30y
Z=60(0)+30(8)
Z=240
Karena harus menggunakan kedua jenis merk pupuk, maka yang diambil adalah titik B(4,8 ; 1,6) yakni 4,8 sak pupuk merk Super dan 1,6 sak pupuk merk Top.
Dik : Fungsi Tujuan Z=200x+400y
Fungsi Batasan a. x+y=30
b. 2x+8y≥80
c. x≤20
Ditanya : Buat Program linearnya dengan metode Grafik ?

Mencari nilai x dan y pada fungsi batasan :

x+y=30
Mencari nilai x maka nilai y = 0  Mencari nilai y maka x = 0
x+y=30  x+y=30
x+(0)=30  (0)+y=30
x=30  y=30

2x+8y≥80
Mencari nilai x maka nilai y = 0  Mencari nilai y maka x = 0
2x+8y≥80  2x+8y≥80
2x+8(0)=80  2(0)+8y=80
2x=80  8y=80
x=40  x=10

x≤20
x=20

Menggambar grafiknya






Mengevaluasi titik ABCD
Titik A (0,10)
Z=200x+400y
Z=200(0)+400(10)
Z=4000

Titik B (20,…)
Merupakan perpotongan antara garis 2x+8y≥80 dengan garis x≤20
x=20, maka y  2x+8y≥80
 2(20)+8y=80
 40+8y=80
 8y=80-40
 8y=40
 y=5
Jadi titik B (20,5)
Z=200x+400y
Z=200(20)+400(5)
Z=4000+2000
Z=6000

Titik C (20,…)
Merupakan perpotongan antara garis x+y=30 dengan garis x≤20
x=20, maka y  x+y=30
 (20)+y=30
 y=30-20
 y=10
Jadi titik C (20,10)
Z=200x+400y
Z=200(20)+400(10)
Z=4000+4000
Z=8000

Titik D (0,30)
Z=200x+400y
Z=200(0)+400(30)
Z=12000
Keuntungan maksimal yaitu pada titik C(20, 10) yakni memproduksi 20 tas jenis LV dan 10 tas jenis CH

Dik : Fungsi Tujuan Z=5p+8q
Fungsi Batasan a. 4p+8q≤24
b. 2p+q≤18
c. 3p+9q≤36

Merubah fungsi tujuan dan batasan
Z-5p-8q=0
4p+8q+r=24
2p+q+s=18
3p+9q+t=36

Menyusun persamaan dalam table
Variabel Dasar Z p q r s t Nilai Kanan
Z 1 -5 -8 0 0 0 0
r 0 4 8 1 0 0 24
s 0 2 1 0 1 0 18
t 0 3 9 0 0 1 36

Memilih kolom kunci
Memililih kolom dengan nilai baris fungsi tujuan bernilai negative dengan angka terbesar.
Variabel Dasar Z p q r s t Nilai Kanan
Z 1 -5 -8 0 0 0 0
r 0 4 8 1 0 0 24
s 0 2 1 0 1 0 18
t 0 3 9 0 0 1 36

Memilih baris kunci
Sebelumnya kita cari index dengan rumus :

Index=(Nilai kanan)/(Nilai kolom kunci)

Dan baris yang mempunyai index positif dengan angka terkecil merupakan baris kunci.
Variabel Dasar Z p q r s t Nilai Kanan Indeks
Z 1 -5 -8 0 0 0 0 0
r 0 4 8 1 0 0 24 3
s 0 2 1 0 1 0 18 18
t 0 3 9 0 0 1 36 4
Maka diketahui pula angka kunci yang merupakan perpotongan antara kolom kunci dan baris kunci yaitu 8.

Merubah nilai-nilai baris kunci
Nilai baris kunci dirubah dengan cara membaginya dengan angka kunci
r 0 4 8 1 0 0 24
8 8 8 8 8 8 8
r = 0 1/2 1 1/8 0 0 3

Merubah nilai-nilai selain baris kunci
Rumus :

Baris baru=baris lama-(koefisien pada kolom kunci* nilai baris kunci baru)

Nilai baru Z
1 -5 -8 0 0 0 0
(-8) 0 1/2 1 1/8 0 0 3
1 -1 0 1 0 0 24

Nilai baru s
0 2 1 0 1 0 18
(1) 0 1/2 1 1/8 0 0 3
0 3/2 0 -1/8 1 0 15

Nilai baru t
0 3 9 0 0 1 36
(9) 0 1/2 1 1/8 0 0 3
0 -3/2 0 -9/8 0 1 9
Maka tabelnya menjadi :
Variabel Dasar Z p q r s t Nilai Kanan
Z 1 -1 0 1 0 0 24
r 0 1/2 1 1/8 0 0 3
s 0 3/2 0 -1/8 1 0 15
t 0 -3/2 0 -9/8 0 1 9

Karena masih ada nilai negative pada fungsi tujuan berarti belum optimal, maka kita kembali kelangkah c yaitu memilih kolom kunci
Variabel Dasar Z p q r s t Nilai Kanan
Z 1 -1 0 1 0 0 24
r 0 1/2 1 1/8 0 0 3
s 0 3/2 0 -1/8 1 0 15
t 0 -3/2 0 -9/8 0 1 9

Menentuka indeks dan memilih baris kunci
Variabel Dasar Z p q r s t Nilai Kanan Indeks
Z 1 -1 0 1 0 0 24 -24
r 0 1/2 1 1/8 0 0 3 6
s 0 3/2 0 -1/8 1 0 15 10
t 0 -3/2 9 -9/8 0 1 9 -6

Merubah nilai-nilai baris kunci dengan menbaginya dengan angka kunci 1/2

r 0 1/2 1 1/8 0 0 3
1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2
0 1 2 1/4 0 0 6

Merubah nilai-nilai selain baris kunci
Nilai baru Z
1 -1 0 1 0 0 24
(-1) 0 1 2 1/4 0 0 6
1 0 -2 5/4 0 0 30

Nilai baru s
0 3/2 0 -1/8 1 0 15
3/2 0 1 2 1/4 0 0 6
0 0 -3 -1/2 1 0 6

Nilai baru t
0 -3/2 0 -9/8 0 1 9
(-3/2) 0 1 2 1/4 0 0 6
0 0 3 -3/4 0 0 18
Maka tabelnya menjadi :
Variabel Dasar Z p q r s t Nilai Kanan
Z 1 0 -2 5/4 0 0 30
r 0 1 2 1/4 0 0 6
s 0 0 -3 -1/2 1 0 6
t 0 0 3 -3/4 0 0 18

Namun masih ada nilai negative pada fungsi tujuan berarti belum optimal, maka kembali lagi kelangkah c yaitu memilih kolom kunci :
Variabel Dasar Z p q r s t Nilai Kanan
Z 1 0 -2 5/4 0 0 30
r 0 1 2 1/4 0 0 6
s 0 0 -3 -1/2 1 0 6
t 0 0 3 -3/4 0 0 18

Menentukan indeks dan memilih baris kunci :
Variabel Dasar Z p q r s t Nilai Kanan Indeks
Z 1 0 -2 5/4 0 0 30 -15
r 0 1 2 1/4 0 0 6 3
s 0 0 -3 -1/2 1 0 6 -2
t 0 0 3 -3/4 0 0 18 6

Merubah nilai-nilai baris kunci dengan membaginyadengan angka kunci 2

r 0 1 2 1/4 0 0 6
2 2 2 2 2 2 2
0 1/2 1 1/8 0 0 3
Merubah nilai-nilai selain baris kunci :
Nilai baru Z
1 0 -2 5/4 0 0 30
(-2) 0 1/2 1 1/8 0 0 3
1 1 0 3/2 0 0 36
Nilai baru s
0 0 -3 -1/2 1 0 6
(-3) 0 1/2 1 1/8 0 0 3
0 3/2 0 -1/8 1 0 15
Nilai baru t
0 0 3 -3/4 0 0 18
3 0 1/2 1 1/8 0 0 3
0 -3/2 0 -9/8 0 0 9
Maka tabelnya menjadi :
Variabel Dasar Z p q r s t Nilai Kanan
Z 1 1 0 3/2 0 0 36
r 0 1/2 1 1/8 0 0 3
s 0 3/2 0 -1/8 1 0 15
t 0 -3/2 0 -9/8 0 0 9
Karena tidak ada lagi nilai negative pada fungsi tujuan, maka table tersebut sudah optimal

Masalah transportasi dan penugasan
Table transportasinya adalah :

Asal Tujuan Penawaran
T1 T2 T3 T4
A1 2 3 11 7 6

A2 1 0 6 1 1

A3 5 8 15 9 10

Permintaan 7 5 3 2 17



Mencari solusi awal dengan menggunakan metode Vogel’s Approximation
Mencari opportunity cost dan mengalokasikan semaksimal mungkin sesuai dengan permintaan dan penawaran:

Asal Tujuan Penawaran OC. Baris
T1 T2 T3 T4
A1 2 3 11 7 6 1

A2 1 0 6 1 1 1

A3 5 8 15 2 9 10 3

Permintaan 7 5 3 2 17
OC. Kolom 1 3 5 6


Mencari opportunity cost baru :

Asal Tujuan Penawaran OC. Baris
T1 T2 T3 T4
A1 2 3 11 7 6 1

A2 1 0 6 1 1 1

A3 5 8 3 15 2 9 10 3

Permintaan 7 5 3 2 17
OC. Kolom 1 3 5 --


Mencari opportunity cost baru :

Asal Tujuan Penawaran OC. Baris
T1 T2 T3 T4
A1 2 3 11 7 6 1

A2 1 0 6 1 1 1

A3 5 5 8 3 15 2 9 10 3

Permintaan 7 5 3 2 17
OC. Kolom 1 3 -- --



Mengalokasikan semua sisa permintaan dan penawaran :
Asal Tujuan Penawaran
T1 T2 T3 T4
A1 6 2 3 11 7 6

A2 1 1 0 6 1 1

A3 5 5 8 3 15 2 9 10

Permintaan 7 5 3 2 17

Biaya transportasi :
6(2) + 1(1) + 5(8) + 3(15) + 2(9) = 116

Mencari solusi optimal dengan metode MODI
Karena berada dalam kondisi degenerasi, maka harus diberi angka nol pada A2T2, sehingga tabelnya menjadi :

Asal Tujuan Penawaran
T1 T2 T3 T4
A1 6 2 3 11 7 6

A2 1 1 0 0 6 1 1

A3 5 5 8 3 15 2 9 10

Permintaan 7 5 3 2 17

Untuk kotak terisi : dik R1 = 0
C11 = R1 + K1
2 = 0 + K1  K1 = 2
C21 = R2 + K1
1 = R2 + 2  R2 = -1
C22 = R2 + K2
0 = (-1) + K2  K2 = 1
C32 = R3 + K2
8 = R3 + 1  R3 = 7
C33 = R3 + K3
15 = 7 + K3  K3 = 8
C34 = R3 + K4
9 = 7 + K4  K4 = 2

Untuk kotak kosong :
IP X12 = C12 - R1 - K2 = 3 - 0 - 1 = 2
IP X13 = C13 - R1 - K3 = 11 - 0 - 8 = 3
IP X14 = C14 - R1 - K4 = 7 - 0 - 2 = 5
IP X23 = C23 - R2 - K3 = 6 - (-1) - 8 = -1
IP X24 = C24 - R2 - K4 = 1 - (-1) - 2 = 0
IP X31 = C31 - R3 - K1 = 5 - 7 - 2 = -4

Nilai negative dengan angka terbesar terletak pada kotak X31, maka yang harus digeser adalah kotak X31, sehingga tabelnya menjadi :

Asal Tujuan Penawaran
T1 T2 T3 T4
A1 6 2 3 11 7 6

A2 1 1 0 6 1 1
- +
A3 1 5 4 8 3 15 2 9 10
+ -
Permintaan 7 5 3 2 17


Untuk kotak terisi : dik R1 = 0
C11 = R1 + K1
2 = 0 + K1  K1 = 2
C31 = R3 + K1
5 = R3 + 2  R3 = 3
C32 = R3 + K2
8 = 3 + K2  K2 = 5
C22 = R2 + K2
0 = R2 + 5  R2 = -5
C33 = R3 + K3
15 = 3 + K3  K3 = 12
C34 = R3 + K4
9 = 3 + K4  K4 = 6

Untuk kotak kosong :
IP X12 = C12 - R1 - K2 = 3 - 0 - 5 = -2
IP X13 = C13 - R1 - K3 = 11 - 0 - 12 = -1
IP X14 = C14 - R1 - K4 = 7 - 0 - 6 = 1
IP X21 = C21 - R2 - K1 = 1 - (-5) - 2 = 4
IP X23 = C23 - R2 - K3 = 6 - (-5) - 12 = -1
IP X24 = C24 - R2 - K4 = 1 - (-5) - 6 = 0

Nilai negative dengan angka terbesar terletak pada kotak X12, maka yang harus digeser adalah kotak X12, sehingga tabelnya menjadi :
Asal Tujuan Penawaran
T1 T2 T3 T4
A1 2 2 4 3 11 7 6
- +
A2 1 1 0 6 1 1

A3 5 5 8 3 15 2 9 10
+ -
Permintaan 7 5 3 2 17
Untuk kotak terisi : dik R1 = 0
C11 = R1 + K1
2 = 0 + K1  K1 = 2
C12 = R1 + K2
3 = 0 + K2  K2 = 3
C22 = R2 + K2
0 = R2 + 3  R2 = -3
C31 = R3 + K1
5 = R3 + 2  R3 = 3
C33 = R3 + K3
15 = 3 + K3  K3 = 12
C34 = R3 + K4
9 = 3 + K4  K4 = 6

Untuk kotak kosong :
IP X13 = C13 - R1 - K3 = 11 - 0 - 12 = -1
IP X14 = C14 - R1 - K4 = 7 - 0 - 6 = 1
IP X21 = C21 - R2 - K1 = 1 - (-3) - 2 = 2
IP X23 = C23 - R2 - K3 = 6 - (-3) - 12 = -3
IP X24 = C24 - R2 - K4 = 1 - (-3) - 6 = -2
IP X32 = C32 - R3 - K2 = 8 - 3 - 3 = 2

Nilai negative dengan angka terbesar terletak pada kotak X23, maka yang harus digeser adalah kotak X23, sehingga tabelnya menjadi :
Asal Tujuan Penawaran
T1 T2 T3 T4
A1 1 2 5 3 11 7 6
- +
A2 1 0 1 6 1 1
- +
A3 6 5 8 2 15 2 9 10
+ -
Permintaan 7 5 3 2 17
Untuk kotak terisi : dik R1 = 0
C11 = R1 + K1
2 = 0 + K1  K1 = 2
C12 = R1 + K2
3 = 0 + K2  K2 = 3
C31 = R3 + K1
5 = R3 + 2  R3 = 3
C33 = R3 + K3
15 = 3 + K3  K3 = 12
C23 = R2 + K3
6 = R2 + 12  R2 = -6
C34 = R3 + K4
9 = 3 + K4  K4 = 6

Untuk kotak kosong :
IP X13 = C13 - R1 - K3 = 11 - 0 - 12 = -1
IP X14 = C14 - R1 - K4 = 7 - 0 - 6 = 1
IP X21 = C21 - R2 - K1 = 1 - (-6) - 2 = 5
IP X22 = C22 - R2 - K2 = 0 - (-6) - 3 = 3
IP X24 = C24 - R2 - K4 = 1 - (-6) - 6 = 1
IP X32 = C32 - R3 - K2 = 8 - 3 - 3 = 2

Nilai negative dengan angka terbesar terletak pada kotak X13, maka yang harus digeser adalah kotak X13, sehingga tabelnya menjadi :
Asal Tujuan Penawaran
T1 T2 T3 T4
A1 2 5 3 1 11 7 6
- + +
A2 1 0 1 6 1 1

A3 7 5 8 1 15 2 9 10
+ - -
Permintaan 7 5 3 2 17
Untuk kotak terisi : dik R1 = 0
C12 = R1 + K2
3 = 0 + K2  K2 = 3
C13= R1 + K3
11 = 0 + K3  K3 = 11
C23 = R2 + K3
6 = R2 + 11  R2 = -5
C33 = R3 + K3
15 = R3 + 11  R3 = 4
C31 = R3 + K1
5 = 4 + K1  K1 = 1
C34 = R3 + K4
9 = 3 + K4  K4 = 5
Untuk kotak kosong :
IP X11 = C11 - R1 - K1 = 2 - 0 - 1 = 1
IP X14 = C14 - R1 - K4 = 7 - 0 - 5 = 2
IP X21 = C21 - R2 - K1 = 1 - (-5) - 1 = 5
IP X22 = C22 - R2 - K2 = 0 - (-5) - 3 = 2
IP X24 = C24 - R2 - K4 = 1 - (-5) - 5 = 1
IP X32 = C32 - R3 - K2 = 8 - 4 - 3 = 1
Karena tidak ada lagi nilai negative maka table tersebut sudah optimal dengan biaya transportasi :
5(3) + 1(11) + 1(6) + 7(5) + 1(15) + 2(9) = 100

Table transportasinya adalah :
Gudang Lokasi Proyek Penawaran
L1 L2 L3
G1 5 10 10 35

G2 20 30 20 40

G3 5 8 12 40

Permintaan 45 50 20 115

Mencari solusi awal dengan metode LC :

memilih variable dengan biaya transportasi terkecil dan mengalokasikannya sebanyak mungkin berdasarkan permintaan dan penawaran :
Gudang Lokasi Proyek Penawaran
L1 L2 L3
G1 35 5 10 10 35

G2 20 30 20 40

G3 5 8 12 40

Permintaan 45 50 20 115

selanjutnya :
Gudang Lokasi Proyek Penawaran
L1 L2 L3
G1 35 5 10 10 35

G2 20 30 20 40

G3 10 5 8 12 40

Permintaan 45 50 20 115

selanjutnya
Gudang Lokasi Proyek Penawaran
L1 L2 L3
G1 35 5 10 10 35

G2 20 30 20 40

G3 10 5 30 8 12 40

Permintaan 45 50 20 115

selanjutnya
Gudang Lokasi Proyek Penawaran
L1 L2 L3
G1 35 5 10 10 35

G2 20 30 20 20 40

G3 10 5 30 8 12 40

Permintaan 45 50 20 115

terakhir mengalokasikan semua sisa permintaan dan penawaran
Gudang Lokasi Proyek Penawaran
L1 L2 L3
G1 35 5 10 10 35

G2 20 20 30 20 20 40

G3 10 5 30 8 12 40

Permintaan 45 50 20 115

Biaya transportasi :
35(5) + 20(30) + 20(20) + 10(5) + 30 (8) = 1465

Mencari solusi optimal dengan metode Stepping Stone
Gudang Lokasi Proyek Penawaran
L1 L2 L3
G1 35 5 10 10 35

G2 20 20 30 20 20 40

G3 10 5 30 8 12 40

Permintaan 45 50 20 115


Menghitung indeks sel pada table transportasi yang tidak terpakai :

X12=G1L2-G1L1+G3L1-G3L2
X12=10-5+5-8=2
X13=G1L3-G1L1+G3L1-G3L2+G2L2-G2L3
X13=10-5+5-8+30-20=12
X21=G2L1-G2L2+G3L2-G3L1
X21=20-30+8-5=-7
X33=G3L3-G3L2+G2L2-G2L3
X33=12-8+30-20=14

Nilai negative terbesar yaitu pada X21, maka yang harus digeser adalah kotak X21

Gudang Lokasi Proyek Penawaran
L1 L2 L3
G1 35 5 10 10 35

G2 10 20 10 30 20 20 40
+ -
G3 5 40 8 12 40
- +
Permintaan 45 50 20 115


Selanjutnya menghitung kembali indeks sel tidak terpakai pada table transportasi baru :
X12=G1L2-G1L1+G2L1-G2L2
X12=10-5+20-30=-5
X13=G1L3-G1L1+G2L1-G2L3
X13=10-5+20-20=5
X31=G3L1-G3L2+G2L2-G2L1
X31=5-8+30-20=7
X33=G3L3-G3L2+G2L2-G2L3
X33=12-8+30-20=14

Nilai negative terbesar yaitu pada X12, maka yang harus digeser adalah kotak X12
Gudang Lokasi Proyek Penawaran
L1 L2 L3
G1 25 5 10 10 10 35
- +
G2 20 20 30 20 20 40
+ -
G3 5 40 8 12 40

Permintaan 45 50 20 115


Selanjutnya menghitung kembali indeks sel tidak terpakai pada table transportasi baru :
X13=G1L3-G1L1+G2L1-G2L3
X13=10-5+20-20=5
X22=G2L2-G2L1+G1L1-G1L2
X22=30-20+5-10=5
X31=G3L1-G3L2+G1L2-G1L1
X31=5-8+10-5=2
X33=G3L3-G3L2+G1L2-G1L1+G2L1-G2L3
X33=12-8+10-5+20-20=9
Karena tidak ada lagi nilai negative pada indeks sel, maka table tersebut sudah optimal, dan biaya transportasinya adalah :
25(5) + 10(10) + 20(20) + 20(20) + 40(8) = 1345

Tabel kinerja perawat
Pasien Waktu yang dibutuhkan (jam) perawat dalam
penanganan pasien
Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4
A 3 5 4 3
B 2 1 3 2
C 3 4 2 2
D 4 3 3 4

Mengubah matriks biaya menjadi matriks opportunity Cost yaitu dengan mengurangkan semua angka dengan angka terkecil dalam satu baris
Pasien Waktu yang dibutuhkan (jam) perawat dalam
penanganan pasien
Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4
A 0 2 1 0
B 1 0 2 1
C 1 2 0 0
D 1 0 0 1

Melakukan tes optimalisasi dengan menarik sejumlah minimum garis
Pasien Waktu yang dibutuhkan (jam) perawat dalam
penanganan pasien
Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4
A 0
2
1
0

B 1 0 2 1
C 1 2 0 0
D 1 0 0 1
Karena hanya ada 4 garis, maka table tersebut sudah optimum

Mencari baris atau kolom yang memiliki satu angka nol, yaitu :
Pasien Waktu yang dibutuhkan (jam) perawat dalam
penanganan pasien
Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4
A 0 2 1 0
B 1 0 2 1
C 1 2 0 0
D 1 0 0 1

Maka selanjutnya menjadi :
Pasien Waktu yang dibutuhkan (jam) perawat dalam
penanganan pasien
Perawat 1 Perawat 2 Perawat 3 Perawat 4
A 0 2 1 0

B 1 0 2 1
C 1 2
0
0
D 1 0 0 1

Maka penugasan perawat sehingga total waktu perawatan minimum adalah :
Perawat 1 menangani pasien A dengan waktu 3 jam
Perawat 2 menangani pasien B dengan waktu 1 jam
Perawat 3 menangani pasien D dengan waktu 3 jam
Perawat 4 menangani pasien C dengan waktu 2 jam
Jadi total waktu penanganan pasien yaitu 3 + 1 + 3 + 2 = 9 jam

Table waktu pengerjaan
Produk Mesin
1 2 3 4 5
A 17 10 15 16 20
B 12 9 16 9 14
C 11 16 14 15 12
D 14 10 10 18 17
E 13 12 9 15 11

Mengubah matriks biaya menjadi matriks opportunity Cost yaitu dengan mengurangkan semua angka dengan angka terkecil dalam satu baris
Produk Mesin
1 2 3 4 5
A 7 0 5 6 10
B 3 0 7 0 5
C 0 5 3 4 1
D 4 0 0 8 7
E 4 3 0 6 2
Mengurangkan semua angka dengan angka terkecil dalam satu kolom
Produk Mesin
1 2 3 4 5
A 7 0 5 6 9
B 3 0 7 0 4
C 0 5 3 4 0
D 4 0 0 8 6
E 4 3 0 6 1

Melakukan tes optimalisasi dengan menarik sejumlah minimum garis

Produk Mesin
1 2 3 4 5
A 7 0
5
6
9
B 3 0 7 0 4
C 0
5 3 4 0
D 4 0 0 8 6
E 4 3 0 6 1
Berarti belum optimal karena jumlah garis tidak sama dengan jumlah baris atau kolom.

Mengurangkan semua angka yang belum dilalui oleh garis dengan angka terkecil menambahkan semua angka yang dilewati oleh 2 garis dengan angka terkecil :
Produk Mesin
1 2 3 4 5
A 7-1 0
5
6
9-1
B 3-1 0 7 0 4-1
C 0
5+1 3+1 4+1 0
D 4-1 0 0 8 6-1
E 4-1 3 0 6 1-1

Sehingga tabelnya menjadi :
Produk Mesin
1 2 3 4 5
A 6 0 5 6 8
B 2 0 7 0 3
C 0 6 4 5 0
D 3 0 0 8 5
E 3 3 0 6 0

Kembali melakukan tes optimalisasi dengan menarik sejumlah minimum garis


Produk Mesin
1 2 3 4 5
A 6
0
5
6
8

B 2 0 7 0 3
C 0 6 4 5 0
D 3 0 0 8 5
E 3 3 0 6 0
Berarti sudah optimal.

Mencari baris atau kolom yang memiliki satu angka nol, yaitu :
Produk Mesin
1 2 3 4 5
A 6 0 5 6 8
B 2 0 7 0 3
C 0 6 4 5 0
D 3 0 0 8 5
E 3 3 0 6 0

Maka selanjutnya menjadi :
Produk Mesin
1 2 3 4 5
A 6 0 5 6 8
B 2 0
7 0 3
C 0 6 4 5 0

D 3 0
0 8 5
E 3 3 0
6 0
Ket = angka nol yang sudah tidak memungkinkan lagi

Maka penugasan yang paling optimal adalah :
Produk A dikerjakan pada Mesin 2 dengan waktu 10 menit
Produk B dikerjakan pada Mesin 4 dengan waktu 9 menit
Produk C dikerjakan pada Mesin 1 dengan waktu 11 menit
Produk D dikerjakan pada Mesin 3 dengan waktu 10 menit
Produk E dikerjakan pada Mesin 5 dengan waktu 11 menit
Jadi total waktu pengerjaan =10 + 9 + 11 + 10 + 11 = 51 menit

Minggu, 03 Juli 2011

Manajemen Risiko

Manajemen Risiko

Berbagai definisi dapat diberikan kepada kata risiko itu, namun secara sederhana artinya senantiasa ada kena mengenanya dengan kemungkinan akan terjadinya akibat buruk atau akibat yang merugikan, seperti kemungkinan kehilangan, cedera, kebakaran, dan sebagainya. Tidak ada metode yang menjamin seratus persen bahwa akibat buruk itu setiap kali dapat dihindarkan,kecuali kalau kegiatan yang mengandung risiko tidak dilakukan.

THE LECTURE RESUME - Agar risiko tidak menghalangi kegiatan perusahaan, maka seharusnyalah itu dimanajemeni dengan sebaik-baiknya. Disatu pihak mereka mengeluh kekurangan nasabah, dipihak lain mereka cenderung menolak calon-calon nasabah. Perusahaan asuransi enggan menerima penutupan perlindungan risiko perusahaan, karena ternyata kebanyakan perusahaan tidak memanajemeni risiko harta yang hendak diasuransikan itu.

Walaupun sesuatu perusahaan telah mengasuransikan risikonya, namun tidak berarti perusahaan itu sudah terlindung sepenuhnya. Perusahaan asuransi hanya menanggung sebagian risiko yang ada. Malah sebagian besar dari risiko perusahaan, harus dihadapi sendiri dan tidak bisa dipindahkan kepada perusahaan asuransi. Program manajemen risiko pertama-tama bertugas mengidentifikasikan risiko-risiko yang dihadapi, sesudah itu mengukur atau menetukan besarnya risiko itu dan kemudian barulah dapat dicarikan jalan untuk menghadapi atau menangani risiko itu. Ini berarti orang harus menyusun strategi untuk memperkecil ataupun mengendalikannya.
Hubungan Manajemen Risiko Dengan Fungsi-fungsi Lain Dalam Perusahaan

Manajemen risiko berkaitan erat dengan fungsi perusahaan lainnya (yaitu dengan fungsi: akunting, keuangan, marketing, produksi, personalia, engeenering dan maintenance), karena bagian-bagian itu ada yang menciptakan risiko dan ada yang menjalankan sebagai fungsi manajemen risiko. Marilah kita analisi satu persatu di bawah ini.

Hubungan Dengan Fungsi Akunting
Bagian akunting menjalankan kegiatan manajemen risiko yang penting, yaitu:
Mengurangi kesempatan pegawai melakukan penggelapan, dengan jalan melakukan internal control dan internal audit.
Melalui rekening asset bagian akunting mengidentifikasikan dan megukur exposure kerugian terhadap harta.
Melalui penilaian rekening seperti rekening piutang, bagian akunting mengukur risiko piutang dan mengalokasikan cadangan dana exposure kerugian piutang.
Hubungan Dengan Fungsi Keuangan
Bagian keuangan melakukan banyak penetapan yang mempengaruhi manajemen risiko.
Pertama, manajer risiko biasanya bawahan Direktur Keuangan.

Kedua, bagian keuangan menganalisis pengaruh turunnya profit dan cash flow. Karena menurun profit bias menghalangi tujuan perusahaan, maka kegiatan seprti itu juga tercantum dalam program manajemen risiko.

Ketiga, dalam menetapkan apakah perusahaan akan membeli peralatan yang mahal atau gedung baru, maka manajer finansial seharusnya mempertimbangkan risiko murni yang tercipta karena tindakan itu.

Hubungan Dengan Marketing
Kegiatan marketing dapat menciptakan risiko, terutama risiko tanggung-gugat. Misalnya perusahaan dituntut oleh pihak luar berkenan dengan penggunaan packaging yang tidak memenuhi syarat. Dalam mengangkut produk ke langganan, mengandung bermacam risiko yang perlu terlebih dahulu dianalisis oleh manajemen risiko. Itulah sebabnya bagian marketing harus selalu awas terhadap risiko yang timbul pada setiap aktivitas marketing, dan bagian manajemen risiko seharusnya diberi informasi secepatnya.
Hubungan Dengan Bagian Produksi
Kegiatan produksi juga banyak menciptakan risiko. Dalam mendesain atau membuat produk atau memberikan service, pekerja sering kali diekspos pada kecelakaan kerja. Demikian pula produk atau service yang dijualnya mungkin juga bisa menciptakan kerusakan atau kecelakaan badan bagi pemakainya; oleh karena itu perusahaan harus selalu siap sedia menghadapi “tuntutan hukum” dari pihak ketiga.
Hubungan Dengan Engineering dan Maintenance
Bagian ini bertanggung jawab untuk desain pabrik, maintenance, dan melaksanakan fungsi perawatan gedung, pabrik, dan peralatan, yang semuanya sangat vital untuk mencegah, mengurangi frekuensi dan keparahan kerugian

Hubungan Dengan Bagian Personalia
Bagian personalia mempunyai banyak tanggung jawab dibidang risiko. Contoh yang paling jelas adalah perancangan, instalasi, dan administrasi program-program kesejahteraan pegawai. Bagian personalia biasanya bertugas mengadakan perundingan dengan serikat kerja, menetapkan hak dan kewajiban serta kesejahteraan. Sedangkan Manajemen Risiko menseleksi asuransi dan merundingkan penutupan asuransi atau memanajeri aspek finansial daripada program (penenggungan risiko).

Pengertian Tentang Risiko

Kata risiko banyak digunakan dalam berbagai pengertian dan sudah biasa dipakai dalam percakapan sehari-hari oleh kebanyakan orang. Misalnya: “Bersepeda motor di atas jalan yang sangat ramai besar risikonya”, orang secara intuitif mengerti maksudnya. Tetapi pengertian yang di pahami secara intuitif ini, hanya memuaskan jika dipakai dalam percakapan sehari-hari.

Manajemen risiko merupakan pengetahuan yang badan teorinya masih muda. Itulah sebabnya kita menemukan banyak kontradiksi dalam pengertian tentang konsep risiko.
Risiko Spekulatif dan Risiko Murni

Kejadian sesungguhnya kadang-kadang menyimpang dari perkiraan (expectation) ke salah satu dari dua arah.artinya, ada kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan ada pula penyimpangan yang merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada, maka kita katakan risiko itu spekulaatif. Risiko adalah kemungkinan kerugian tetapi bila disamping itu kemungkinan kerugian terdapat kemungkinan untung, maka risiko itu dinamakan risiko spekulatif. Contohnya: judi menimbulkan kemungkinan-kemungkinan ini, mereka berjudi mungkin menang atau kalah.

Lawan dari risiko spekulatif adalah risiko murni yaitu yang hanya ada kemungkinan kerugian. Seorang pemilik rumah terbuka terhadap kemungkinan kerugian. Risiko ini hanyalah mempunyai kemungkinan kerugian dan tidak mempunyai kemungkinan keuntungan. Risiko ini disebut risiko murni.

Apakah suatu risiko itu spekulatif atau murni, bergantung pada pendekatan yang digunakan. Risiko spekulatif biasanya tidak dapat diasuransikan. Hanya risiko murni yang dapat diasuransikan.
Sumber Risiko

Hazard menimbulkan kondisi yang kondusif terhadp bencana yang menimbulkan kerugian. Dan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan. Walaupun ada beberapa overlapping (tumpang tindih) di antara kategori-kategori ini, namun sumber penyebab kerugian (dan risiko) dapat diklasifikasikan sebagai risiko sosial, risiko fisik, dan risiko ekonomi. Menentukan sumber risiko adalah penting karena mempengaruhi cara penanganannya.

Risiko Sosial
Sumber pertama risiko adalah masyarakat, artinya tindakan orang-orang menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan dari harapan kita. Contohnya: Dengan berkembangnya toko-toko swalayan, maka tokowan menghadapi risiko besarnya pencurian (shoplifting). Akan tetapi tidak semua pencuri itu adalah orang luar melainan juga penggelapan dan penyalahgunaan oleh pegawainya sendiri.
Risiko Fisik
Ada banyak risiko fisik yang sebagiannya adalah fenomena alam, sedangkan lainnya disebabkan kesalahan manusia. Contohnya antara lain:
Kebakaran, kebakaran adalah penyebab utama cidera, kematian dan kerusakan harta.
Cuaca, Iklim adalah risiko yang serius. Kadang-kadang hujan terlalu banyak sehingga panen kena banjir dan sungai meluap.
Petir, menyebabkan kebakaran yang selanjutnya merusakan harta, membunuh atau mencederai orang.
Tanah longsor, telah umum menjadi sumber kerusakan harta. Semakin padatnya daerah kota maka semakin banyak rumah dibangun diatas tanah yang labil.
Risiko Ekonomi
Banyak risiko yang dihadapi perusahaan itu bersifat ekonomi.contoh-contoh risiko ekonomi adalah inflasi, fluktuasi local, dan ketidakstabilan perusahaan individu, dan sebagainya.

Jenis-jenis Risiko yang Ditangani Manajer Risiko

Manajer risiko menangani terutama risiko murni. Ia tidak menangani risiko spekulatif kecuali jika adanya risiko spekulatif memaksa manajer risiko untuk menghadapi risiko murni tertentu, misalnya perusahaan ini baru saja mengambil alih pabrik baru, karena itulah tercipta kerugian potensial untuk kebakaran.

Kerugian potensial yang bersifat ekonomi yang harus ditangani menajer risiko dapat dikategorikan atas:

kerugian terhadap harta.
tanggung jawab terhadap pihak lain.
kerugian personil.

Mengidentifikasikan Risiko

Sebelum memanajemeni risiko, maka harus dapat diketahui adanya risiko itu, berarti membangun pengertian tentang sifat risiko yang dihadapi dan dampaknya terhadap aktivitas perusahaan. Dalam keadaan tidak diidentifikasikan semua risiko, berarti perusahaan yang bersangkutan menanggung risiko tersebut secara tidak sadar.

Pengidentifikasian risiko merupakan proses penganalisisan untuk menemukan secara sistematis dan secara berkesinambungan risiko (kerugian yang potensial) Yang menentang perusahaan. Untuk itu diperlukan:

Pertama: Suatu checklist dari pada semua kerugian potensial yang mungkin bisa terjadi pada umumnya pada setiap perusahaan
Kedua: untuk menggunakan checklist itu diperlukan suatu pendekatan yang sistematik untuk menetukan mana dari kerugian potensial yang tercantum dalam checklist itu yang dihadapi oleh perusahaan yang sedang dianalisis.

Manajer risiko seharusnya menjalankan sendirikedua langkah itu, kalau tidak, ia harus percaya saja pada jasa agen asuransi, broker, atau konsultan.

Klasifikasi Kerugian

Salah satu alternatif system pengklasifikasian kerugia dalam suatu checklist adalah sebagai berikut:

Kerugian Hak Milik (Property losses)
Kerugian langssung yang dihubungkan dengan kebutuhan untuk mengganti atau reparasi atau kehilangan harta.
Kerugian tidak langsung, seperti keharusan untuk menghancurkan sisa gedung yang rusak akibat kerugian langsung
Kerugian pendapatan (net income), seperti penghentian kegiatan sementara yang disebabkan oleh suatu kerugian dimana tidak boleh ditempatinya ruangan kerja.
Kewajiban Mengganti Kerugian Orang Lain (Liability Losses)
Karena rusaknya hak milik orang lain atau terlukanya orang lain.
Kerugian Personaia (Personnel Losses)
Kerugian bagi perusahaan, karena kematian, cacat, atau mengundurkan dirinya pegawai, langganan atau pemilik.
Kerugian bagi keluarga pegawai, yang disebabkan oleh kematian, cacat, atau pemberhentian.

Risk Analysis Questionnaire

Analisis ini menjuruskan manajer risiko untuk memastikan bahwa informasi yang diperlukan berkenan dengan harta dan operasi perusahaan tidak ada yang terlupakan. Untuk memperkuat informasi ini, menajer risiko akan mempertimbangkan semua sumber informasi yang digunakan dalam metode-metode lainnya. Bedanya adalah bahwa pertanyaan dalam questionnaire itu menjuruskan penyelidikan itu.
Metode Laporan Keuangan

Dengan menganalisis neraca, laporan laba rugi dan catatan lain yang menyokongnya, manajer risiko bisa mengidentifikasikan semua risiko yang berkenan dengan harta, utang, dan personalia perusahaan. Dengan menggabungkan laporan keuangan ini dengan ramalan keuangan dan anggaran, maka manajer akan dapat menemukan risiko yang akan dihadapi, sebab transaksi bisnis pada akhirnya menyangkut baik uang maupun hak milik. Maka berdasarkan metode ini setiap perkiraan (account) dipelajari secara mendalam mengenai kerugian potensial yang bisa diciptakan oleh account itu.
Inspeksi

Dengan mengamati langsung jalannya operasi, bekerjanya mesin, peralatan, lingkungan kerja, kebiasaan kerja pegawai, dan seterusnya, manajer risiko dapat mempelajari lebih banyak dan menyakinkan tentang hazard yang mungkin tidak disadari oleh pekerja ataupun yang mungkin tidak pernah ditemukan dlam laporan tertentu.

Oleh karena itu inspeksi langsung ke obyek ini merupakan suatu keharusan.
Interaksi Dengan Bagian Lain

Keberhasilan manajer risiko mengidentifikasikan risiko terutama tergantung pada kerjasama yang erat dengan bagian-bagian lain dalam perusahaan. Manajer bagian-bagian ini secara konstan menjadi awas terhadap risiko yang dihadapi.

Interaksi ini meliputi:

untuk memperoleh pemahaman yang sempurna dari kegiatan suatu bagian mengidentifikasikan kerugian potensial yang ditimbulkan oleh kegiatan itu, maka manajer risiko sering mengunjungi manajernya serta dapat mengadakan Tanya jawab langsung dengan pegawai.
laporan lisan atau pun tertulis dari bagian-bagian perusahaan itu, baik tas inisiatif mereka, maupun sebagai laporan rutin yang memberi informasi yang up to date mengenai perkembangan yang relevan.

Analisis Lingkungan

Lingkungan yang relevan adalah

langganan
pemasok
saingan
Undang-undang dan ketentuan-ketentuan lainnya.

Dalam menganalisis masing-masing komponen pertimbangan yang penting adalah:

sifat hubungannya
keanekaannya
kestabilannya.

Sebagai contoh, apakah produk didistribusikan langsung kepada suatu grup pembeli ataukah secara tidak langsung, melalui grosir, pengecer, dan kepada orang banyak? Apakah langganan itu keluarga, perusahaan, ataukah pemerintah? Manakah servis yang penting, pemasok tunggal atau pemasok majemuk?
Kontrak apakah yang telah dibuat pemasok? Apakah persaingan memerlukan kampanye melalui iklan dan berkemungkinan membangkitkan klaim terhdap produk yang tidak memenuhi syarat? Kewajiban apakah yang paling penting dibebankan oleh pemerintah, konsumen, asosiasi, dan sebagainya.
Penggunaan Pihak Luar untuk Mengidentifikasikan Risiko

Manajer risiko boleh percaya pada agen asuransi, broker, atau konsultan menajemen risiko untuk melakukan pekerjaan yang terinci mengidentifikasikan risiko. Akan tetapi mempercayai saja sepenuhnya pihak luar untuk pengidentifikasikan risiko pada suatu ketika bisa mengandung kelemahan. Pertama, walaupun banyak dari agen asuransi dan broker lebih baik dan lebih berpengalaman menemukan risikko pada berbagai perusahaan. Kedua, disebabkan oleh waktu dan energi yang dikerahkan dalam mempersiapkan survei menyelurh, terutama bagi perusahaan besar

Tetapi kelemahan inisudah berangsur hilang,karena makin banyak konsultan manajeman risiko yang berpraktek atas dasar kontrak kerja dengan perusahaan yang bersangkutan, dan tidak ada hubungannya dengan dengan perusahaan asuransi yang ingin memasarkan asuransinya.
Pembahasan

Sesudah manajer risiko mengidentifikasikan dan mengukur risiko yang dihadapi perusahaannya, maka ia harus memutuskan bagaimana menangani risiko tersebut. Ada dua pendekatan dasar untuk itu

Pengendalian resiko (risk control)
Pembiayaan risiko (risk financing)
Pengendalian Risiko, dijalankan dengan metode berikut :
Menghindari risiko
Mengendalikan kerugian
Pemisahan
Kombinasi atau pooling
Pemindahan risiko
Pembiayaan risiko (risk financing) meliputi :
Pemindahan risiko
Menaggung risiko

Masing-masing peralatan itu dapat dan biasanya sebaliknya dipergunakan dalam kombinasi dengan satu atau lebih peralatan tersebut
Menghindari Risiko

Salah satu cara menghindari risiko murni adalah menghindari harta, orang atau kegiatan dari exposure terhadap risiko dengan jalan :

Menolak memiliki, menerima atau melaksanakan kegiatan itu walaupun hanya unutk sementara
Menyerahkan kembali risiko yang terlanjur diterima, atau segera menghentikan kegiatan begitu kemudian diketahui mengandung risiko. Jadi menhindari risiko berarti juga menghilangkan risko itu

Beberapa karakteristik penghindaran risiko yang seharusnya diperhatikan :

Pertama : boleh jadi tidak ada kemungkinan menghindari risiko, makin luas risiko yang dihadapi, maka makin besar ketidakmungkinan menghindardinya. Misalnya kalau ingin menhindari semua risiko tanggung jawab, maka semua kegiatan perlu dihentikan.
Kedua : faedah atau laba potensial yang bakal diterima dari sebab pemilikan suatu harta, mempekerjakan pegawai tertentu, atau bertanggung jawab atas suatu kegiatan, akan hilang, jika dilaksanakan penghindaran risiko.
Ketiga : makin sempit risiko yang dihadapi, maka akan semakin besar kemungkinan akan tercipta risiko yang baru.

Pemisahan Risiko

Yang dimaksud dengan pemisahan disini ialah menyebarkan harta yang menghadapi risiko yang sama, menggantikan penempatan dalam satu lokasi. Dengan menambah banyaknya independent exposure unit maka probabilitas kerugian-harapan diperkecil. Jadi memperbaiki kemampuan perusahaan untuk meramalkan kerugian yang akan dialami.
Kombinasi

Kombinasi atau pooling menambah banyaknya exposure unit dalam batas kendali perusahaan yang bersangkutan, dengan tujuan atau kerugian yang akan dialami lebih dapat diramalkan. Salah satu cara perusahaan megkombinasikan risiko adalah dengan perkembangan internal.
Pemindahan Risiko

Pemindahan risiko dapat dilakukan dengan tiga cara:

Pertama : harta milik atau kegiatan ang menghadapi risiko dapata dipindahkan kepada pihak lain, baik dinyatakan dengan tegas, maupun dengan berbagai transaksi atau kontrak.
Kedua : Risiko itu sendiri yang dipindahkan
Ketiga : Suatu risk financing transfer menciptakan suatu loss exposure unutk tranferee. Pembatalan perjanjian itu oleh transferee dapat dipandang sebagai cara ketiga dalam risk control transfer

Pembelanjaan Risiko (Risk Financing)

Pembelanjaan (pembiayaan) yang behubungan dengan cara-cara pengadaan dana untuk memulihkan kerugian. Cara ini terdiri atas:

Risk Financing Transfer (memindahkan risiko dengan pembiayaan).
Risk Retention (risiko ditangani oleh perusahaan yang bersankutan).

Risk Financing Transfer

Pemindahan risiko melalui cara pengendalian risiko, tidak memerlukan pengerahan dana karena dijalankan dengan:

Memindahkan harta atau kegiatan yang bersangkutan kepada pihak lain.

memindahkan tanggung jawab kepada transferee dengan maksud menghilangkan atau mengurangi tanggung jawab tranferor terhadap kerugian yang bersangkutan.

Menganggap kerugian yang bersangkutan dipikul pihak lain.

Tetapi memindahkan risiko melalui risk financing berarti transferor mencari dana eksternal yang akan membayar kerugian yang bersangkutan, jika kerugian itu nanti sungguh terjadi. Risk financing tranfer dapat dilakukan dengan cara

Transfer risiko kepada perusahaan asuransi.
Transfer risiko kepada perusahaan lain yang bukan perusahaan asuransi (nonisurance transfer)

Menanggung Sendiri Risiko (Risk Retention)

Metode yang paling umum penangan risiko ialah penanggungan sendiri oleh perusahaan yang bersangkutan. Sumber dananya diusahakan oleh perusahaan yang bersangkutan. Penanggungan sendiri ini bisa bersifat pasif atau tidak direncanakan (unplanned retention) bisa bersifat aktif atau direncanakan (planned retention). Dikatakan pasif atau tidak terencana, bila manajer risiko tidak memperhatikan tentang adanya eksposure dan karena itu tidak melakuka usaha apa pun untuk menanganinya. Sedikit sekali perusahaan yang telah mengidentifikasikan semua exposure terhadap kerugian harta benda, kerugian tanggung-gugat dan kerugian personil. Sebagai akibatnya, penanggungan risiko yang tidak terencana ini, merupakan hal yang umum dijumpai bahkan tak terelakan.
Alasan Perusahaan Melakukan Retention

Jika dikaji lebih lanjut, alasan perusahaan melakukan retention dapat digolongkan ke dalam salah satu kategori tersebut :

Keharusan, karena tidak tersedia alternatif lain.
Biaya.
Kerugian-harapan.
Opportunity Cost.
Kualitas pertanggungan
Pajak

Manfaat dan Biaya Asuransi

Idemnification. Manfaat asuransi yang sebenarnya adalah mengganti kerugian bagi mereka yang menderita kerugian tak diharapkan. Mereka-mereka ini dipulihkan atau setidak-tidaknya untuk mengubah posisi ekonomi yang sebelumnya. Keuntungan bagi individu-individu ini jelas. Masyarakat juga memperoleh keuntungan karena orang-orang ini dipulihkan untuk berproduksi kembali, pendapatan pajak ditingkatkan dan dana kesejahteraan yang harus dibayar pemerintah berkurang.

Mengurangi ketidakpastian (Reduction of Uncertainty). Manfaat yang lebih berarti tapi kurang nyata dari asuransi muncul dari kenyataan bahwa asuransi itu dapat :

menghilangkan risiko, ketidakpastian, dan reaksi pribadi terhadap risiko bagi pihak tertanggung individual

mengurangi total risiko, ketidakpastian dan reaksi sebaliknya terhadap risiko ini dalam masyarakat.

Ada beberapa manfaat pengurangan risiko ini bagi tertanggung dan bagi masyarakat. Pertama, melalui hapusnya ketidakpastian yang berhubungan dengan risiko yang dipertanggungkan, asuransi melenyapkan ketegangan mental dan fisik yang diakibatkan oleh kecemasan dan ketakutan sehubungan dengan risiko itu. Kedua, karena asuransi mengurangi risiko individu dan risiko social, ia juga mengurangi risiko dan ketidakpastian dalam masyarakat, dan juga dalam industri. Akibatnya akan mengurangi inefficiency dalam pemanfaatan tenaga kerja dan kapital yang ada. Berkurangnya ketidakpastian, juga akan mendorong akumulasi modal baru, karena investor potensial berkurang keragu-raguannya, periode perencanaannya diperpanjang, kredit umumnya lebih diperluas, dan lebih sedikit sumber daya yang ditimbun.
Perusahaan Asuransi Sebagai Sumber Dana Untuk Investasi

Perusahaan asuransi sebagai salah satu lembaga keuangan bukan bank dapat mengerahkan dana-dana yang tersedia untuk investasi pada bidang lain di luar asuransi, tidak hanya karena risiko yang kecil tetapi juga karena adanya suatu pemasukan yang kontan, sehingga jumlah uang yang tersedia selalu melebihi cadangan pembayaran klaim..
Rinkasan manfaat

Dengan singkat dapat disimpulkan bahwa manfaat yang ditawarkan perusahaan asuransi adalah :

Melindungi kerugian bagi orang yang menderita kerugian harapan.
mengurangi siksaan mental dan fisik bagi pihak tertanggung yang disebabkan rasa takut dan kekhawatiran;
menghasilkan tingkat produksi, tingkat harga dan stuktur harga yang optimum;
menyediakan dana untuk investasi;
memperbaiki posisi persaiangan perusahaan kecil. Sebagai tambahan perusahaan asuransi dalam praktek berperan pula dalam aktivitas penting pengendalian kerugian.

Suatu Pendekatan Kualitatif Dalam Pemilihan Metode Penanganan Risiko

Dalam praktek, disebabkan perubahan-perubahan yang cepat dari lingkungan risiko, perlunya untuk bereaksi dengan cepat terhadap masalah yang mendesak, dan keterbatasan-keterbatasan baik yang bersifat kelembagaan maupun yang berhubungan dengan faktor manusia, maka seringkali manajer resiko pada suatu waktu terperangkap mengurusi satu abgian saja dari total program manajemen risskonya. Malahan secara periodik, manajemen risiko harus memperluas peninjauannya. Peninjauan ini bisa dilakukan sendiri bisa dengan bantuan konsultan atau perusahaan asuransi. Dalam bidang lain dari bantuan konsultan atau perusahaan asuransi. Dalam bidang lain, dari manajemen resiko pendekatan cara sistem mendorong perusahaan unutk mempertimbangkan secara serentak aspek-aspek operasi manajemenasuransi hendaknya mengikuti cara itu. Alasan mengapa harus dilakukan peninjauan filosofi total risiko dan prosedurnya adalah perlunya untuk membangun kebijaksanaan manajemen risiko yang sejalan dengan tujuan perusahaan yang bersangkutan dan mengetahui hubungan timbal balik antara berbagai bidang dan berbagai keputusan bidang resiko.
Pendaftaran Sementara

Dalam langkah pertama, manajer resiko harus menetapkan kombinasi penutupan asuransi yang dapat memberikan perlindungan terbaik terhahdap resikoyang dihadapi perusahaan yang bersangkutan. Tujuannya ialah untuk mengadakan perlindungan yang paling lengkap dengan biaya yang paling murah.
Membuat Daftar Yang Telah Diperbaiki

Setelah daftar sementara itu lengkap, manajer resiko lalu meninjau kontrak-kontrak dalam masing-masing golongan. Sebagai contoh kontrak-kontrak yang dikeluarkan dari golongan yang esensial mungkin meliputi perlindungan terhadap

Kerugian yang bisa dipindahkan kepada pihak laindengan biaya yang lebih murah dari premi asuransi
Kerugian yang bisa dicegah atau dikurangi sedemikian rupa sehingga tidak lagi merupakan kerugian yang parah
Kerugian yang terjadi demikian seringnya sehingga kerugian itu dapat diperkirakan dengan seksama.

Pendekatan Kuantitatif Dalam Proses Pemilihan Metode Penanganan Risiko

Penerapan pendekatan ini agak terbatas, disebabkan oleh beberapa hambatan sebagai berikut :

Data yang diperlukan tidak ada atau tidak mencukupi
Kemungkinan kurangnya pengalaman penggunaan cara ini

Walaupun adanya keterbatasan tersebut, pendekatan ini sangat bermanfaat dalam menetapkan sesuatu keputusan manajemen yang penting.
Pengaruh Kecemasan Dalam Menetapkan Keputusan

Kecemasan tentang kemungkinan terjadinya kerugian belum diperhitungkn secara biaya. Nilai kecemasan tentu saja itu merupakan faktor yang sangat subyektif.

Tujuan manajemen risiko akan mempengaruhi faktor kecemasan tersebut sebab :

Tujuan manajemen risiko menentukan seberapa besar pentingnya faktor kecemasan itu seharusnya ditempatkan pada kerugian potensial.
Tujuan manajemen risiko mencerminkan sikap perusahaan yang bersangkutan rehadap risiko

Metode Kecemasan

Dengan metode kecemasan, manajer risiko memilih keputusan dalam waktu yang lama (long run) akan menghasilkan kerugian rata-rata pertahun yang paling rendah. Termasuk di dalam kerugian tersebut adalah suatu nilai yang dibebankan untuk menanggung kecemasan sebab dengan fluktuasi kerugian lebih dari tahun ke tahun.
Exposure Kerugian terhadap Pendapatan

Kerugian harta yang sifatnya langsung dan tidak langsung, yang dibicarakan disini pada dasarnya tidaklah hanya kerugian-kerugian yang terjadi ketika hak milik tersebut rusak, hancur, atau hilang saja. Kerugian tak langsung itu tidak terbatas sampai kerugian harta saja, tetapi termasuk kerugian-kerugian tak lanngsung timbul selama harta tersebut dalam penggantian atau perbaikan. Peursahaan mungkin mengalami menurunnya pendapatan jika harta yang rusak itu mengganggu produksi dan kegiatan lain, seluruhnya maupun sebagai akibatnya antara lain :

Menurunnya pendapatan atau
Meningkatnya biaya-biaya

Manajer risiko juga menemukan suatu hal yang lebih sulit unutk mengukur kerugian potensial dan exposure terhadap pendapatan bersih karena banyak variable yang tersangkut. Bab inimenggambarkan eksposure pendapatan yang utama dan kerugian potensialnya. Beberapa kejadian utama yang menurunkan pendapatan sebagai akibat dari kerugian kebetulan yang terjadi terhadap hak milik termasuk :

Kerugian sewa
Terganggunya kegiatan perusahaan
Terganggunya operasi perusahaan pemasok atau pemakai
Berkurangnya laba pada barang jadi
Pengumpulan piutang mengecil

Kerugian Sewa

Seandainya bangunan secara tidak sengaja rusak atau hancur, dan apabila perjanjian menyebutkan bahwa penyewa tidak bertanggung jawab untuk membayar sewa selam periode hak milik tersebut tidak dapat dipergunakan, maka si pemilik menderita rugi sewa, dikurangi beberapa biaya selama masa untuk memperbaiki gedung itu sampai semula.
Terganggunya Kegiatan Perusahaan

Karena harta dirusak atau dirubuhkan, perusahaan atau organisasi lain mungkin akan menutup atau mengurangi kegiatan. Kerugian karena terganggunya sperti itu meliputi :

Laba bersih perusahaan yang akan diperoleh jika perusahaan tidak terganggu
Pengeluaran (biaya) yang tetap yang haus dibayar, seperti gaji pegawai, penyusutan, premi asuransi dan sebagainya.

Kerugian Netto atas laba akan tergantung atas :

Keadaan perekonomian.
Keadaan umum perusahaan-perusahaan dalam kelompok industri itu.
Keadaan perusahaan itu sendiri.

Terganggunya Kesatuan Perusahaan

Beberapa perusahaan hanya terganggu pada satu pemasok untuk penyelidikan tenaga, bahan atau peralatan. Gangguan pada operasi perusahaan pemasok tunggal, akan menyebabkan terganggunya pula kegiatan produksi dan penjualan perusahaan
Kerugian atas Pendapatan yang Berkenaan Dengan Barang Jadi

Sepeti yang diuraikan di atas, kegiatan perusahaan pabrik dianggap terganggu jika proses produksi, dan penjualan terganggu. Karenanya jika barang jadi rusak atau terpaksa dimusnahkan maka pengusaha pabrik akan mengalami kerugian terhadap pendapatan, karena tidak bisa dijualnya barang jadi itu semestinya.
Pengumpulan Piutang yang Semakin Mengecil

Seandainya catatan piutang suatu perusahaan rusak atau hilang, hal ini bisa menyebabkan kesulitan yang semakin besar terhadap pengumpulan piutang dari langganan. Semakin besar jumlah langganan dan rata-rata semakin piutang semakin kecil, maka kesulitan yang lebih besar akan terjadi.